Loading

Encourage, No Critic....

Widya | Monday, February 03, 2014 |
words of encouragement photo: You will get through this words_of_encouragement.jpgSiang ini salju turun sejak jam 9 pagi dan terus bertambah deras dengan butiran-butiran besar. Aku punya waktu untuk nonton TV, dan acara memasak menjadi pilihanku.
Melihat para chef yang muda dan cantik atau ganteng beraksi di layar kaca, kadang dengan resep yang sangat sangat mudah. Mengingatkanku pada masa lalu.
Menurutku resep Barat banyak yang mudah untuk dibuat, karena resepnya sudah standart dan pasti jadi. Ada juga sih yang sulit dan sophisticated, tapi bukan pilihanku hehehehehe.....
Untuk kita di Indonesia tantangan resep Barat ada pada ketersediaan bahan dan harga yang tidak murah.
Resep masakan Indonesia lebih rumit, dengan banyak bahan dan aneka bumbu. Diolah dari bahan segar dengan perlakuan awal yang bermacam-macam.  Kalau tinggal di Barat, tantangannya bertambah dari ketersediaan bahan.  Tapi malah diakali dengan bumbu jadi yang dibawa dari tanah air atau beli di Asia Market.  Di tanah air kita tidak pernah memasak dengan bumbu jadi....selain mahal terasa tidak sah...hahahahhaha
Untukku seperti menipu diri sendiri.  I can't call myself good cook if I use the instant....

Memasak makanan dan membuat kue adalah keahlian yang sudah aku pelajari sejak usia muda. Seingatku sejak kelas 6 SD aku sudah mulai praktek masak, mencoba aneka resep.  Pilihanku dari majalah Gadis dan yang terbaik Femina....resep mereka jarang gagal ....bahasaku "they are not cheating"...    Ketika itu aku tinggal dengan keluargaku di Balikpapan.  Aku memilih resep sendiri dan biasanya aku tertarik dengan gambar masakan yang indah.  Aku tidak senang dengan gambar yang makanannya tertata terlalu rapi seperti di buku-buku masakan yang mahal....tidak mengundang selera.  Indah tapi tidak sexy....seperti bintang film....cantik tapi hanya bagus dipandang... ...analog yang jauh banget yaaa
Resep yang aku pilih, aku tulis bahannya kemudian daftar belanjaan itu aku serahkan ke mama untuk dibelikan. Mama tidak pernah mengatakan ini terlalu mahal, terlalu sulit atau tidak akan ada yang mau makan. No....she always say yes to my recipe.
Papa juga seorang ayah yang sangat mendukung.  Beliau selalu mau mencoba masakanku, dan tidak pernah mengatakan tidak enak.  Padahal aku tahu papa tidak terlalu suka makanan Barat, papa lebih suka masakan lauk dan asli Indonesia.  I love my parent.

Keahlian ini semakin terasah, sampai akhirnya urusan memasak menjadi bagianku, baik untuk kesempatan sehari-hari maupun kesempatan istimewa.  Mama dan papa tidak pernah menghemat uangnya kalau aku ingin mengambil kursus-kursus masak. They always say yes. Pada usia yang cukup muda aku sudah punya pengetahuan tentang aneka bahan makanan dan manfaatnya.  Hal ini sangat membantu ketika aku kuliah di Tata Boga, aku tidak perlu belajar terlalu keras, karena aku sudah banyak tahu dan aku senang dengan pilihanku.  Aku juga mulai membuat masakan Indonesia.  Dan ternyata sulit, sulit bahannya sulit caranya.  Untuk kue tradisional, bahan yang tersedia di pasar tidak selalu bagus standarnya, juga cara membuatnya, setiap buku resep memiliki trik berbeda. Namun yang tetap teruji lumayan resep dari Femina.  Kemungkinan karena bangsa kita adalah bangsa lisan, sehingga semua resep tidak ada yang diturunkan dengan tulisan tetapi dengan lisan dan terjun langsung membantu di dapur.

Ketika kuliah aku mulai menerima pesanan kue kering, aku selalu lebih berat pada membuat kue daripada memasak makanan.  Siang dan malam hari aku kerja di dapur hotel.  Untukku tidak ada pekerjaan yang kuinginkan selain jadi koki di hotel besar.  Pekerjaan yang menyenangkan, melelahkan tapi membuatku selalu bergairah berangkat kerja.  Ketika mama meminta untuk berhenti kerja dan menyelesaikan kuliahku, aku memilih mempertahankan pekerjaanku.  Aku selesai kuliah lebih lambat satu semester dari teman terpandaiku, tapi aku sudah punya pekerjaan impian.  Aku juga tidak mempermasalahkan gaji besar atau kecil, mungkin karena aku masih tinggal dengan orangtua.  Namun kalau disuruh memilih pekerjaan bergaji besar atau menjadi koki, aku tetap memilih menjadi koki.  Aku tidak mau bekerja tanpa hati yang riang dan semangat.  Mungkin itu yang namanya passion, do whatever it takes, no matter what.

Sudah lama aku tidak lagi menyentuh alat-alat dapurku yang lengkap dan banyak itu.  Untuk memulainya lagi sungguh sulit, tapi sudah aku niatkan, aku akan mempertebal lagi neuron memasak di otakku.

Satu hal yang pasti dalam membangun bakat minat passion, resep yang paling mujarab....jangan pernah menghina hasil karya anak-anak, limpahi pujian, terima dengan gembira. Yang belum sempurna akan menjadi sempurna karena latihan.  Semangat menjalankan latihan hanya didapat dari penerimaan.
Dan itu rasanya juga berlaku untuk orang dewasa.
Kritik dan hinaan hanya akan mematahkan semangat, mematikan semuanya habis hingga ke akarnya.

My parents knows that very well, they are educated and know how to raise kids wonderfully.
Praise to the Lord. Terimakasih ma, pa....I love you

No comments:

Post a Comment

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...