Loading

Sababay Wine

Widya | Saturday, September 29, 2018 |



Suatu sore mas Agung tanya, "honey mau ikut gak, diundang makan sama Bank Mandiri."
iih makaan...ya ikut dong, kalau undangna naik sepeda gak ikut, kecuali roda tiga sepedanya.
Tapi karena hari Minggu kami ke gereja dulu, misa jam terakhir di St Yoseph, Pontianak.  Sebetulnya pulang gereja itu sudah malam buat makan, jam 21 kita baru selesai misa.  mana perutku mendadak mules pula, harus pulang dulu bertapa.  Sebelum berangkat mas Agung nanya dulu, masih pada nunggu enggak.



Ke hotel .....lupa namanya. Naik ke lantai 4, langsung masuk di club dengan suara house music dan DJ kencang sekali.  Aku gak terlalu suka club house music, suaranya keras dengan musik apa itu gak jelas, yang enak di klub seperti ini hanya acara minumnya saja hahahahhaha......  Aku sama mas Agung biasanya ke klub seperti ini kalau ada undangan manten di Surabaya dan kebetulan ketemunya sama teman-teman yang suka clubbing, abis pesta masuk kamar, ganti baju copot sanggul, turun lagi clubbing. Kami pernah sampai jam 4 pagi clubbing, rasanya sudah kangen bantal, tapi ini regu masih pada mau makan nasi cumi pinggir jalan.....alamaaak....kagak lapar eike tapi ngantuuuuuk.  Mana tahu itu nasi cumi paling terkenal sak Surabaya enak apa enggak,....mata sepet.

Back to acara undangan Bank Mandiri, ternyata ada kenalan baru buat kita berdua.  Mas Yohan Handoyo dari Sababay Wine. Surprise betul.....
Beberapa hari lalu dapat kiriman WA grup yang mengabarkan kalau Indonesia sudah punya wine unggulan dari Bali, yang sudah memenangkan beberapa kejuaraan internasional.  Di dunia perlidahan, yang namanya juara wine atau juara kopi atau juara bir, itu pasti betulan spektakuler, karena lidah para juri-juri itu betul-betul sensitif, gak kayak lidah standart kita yang hanya bisa merasakan manis, asem, asin, enak dan gak enak saja.  Lha diantara berbagai kopi aja mereka para ahli kopi itu bisa tahu mana yang enak dan gak enak....padahal kopi itu dicicip tanpa campuran, dikulum dilepeh,.....kalau aku sih pasti bilang pahit semua.
Kenalan dengan orang besar yang masih muda dari perusahaan kebanggaan Indonesia, jadi kesempatan untuk wawancara tentang Sababay.  Seperti biasa aku selalu gak tahu tapi selalu kagum dengan orang-orang berprestasi.  Setelah ngobrol lama dan tukar akun IG, baru tahu kalau mas Yohan ini salah satu ahli wine (sommelier) Indonesia yang disekolahkan ke Perancis atas promosi bapak William Wongso.  Manalah aku tak tahu master gastronomi William Wongso, satu dari sangat sedikit expert kuliner tingkat atas Indonesia dan ahli wine.  Dan sekarang malah kenal, ngobrol dan ketawa-ketawa dengan sommelier Indonesia yang dikenal di dunia.
Indonesia gak punya banyak ahli wine, karena minum wine bukan bagian budaya bangsa ini.

Sababay, diambil dari nama teluk Saba di Bali, dibaca Saba - bey....asal muasalnya bisa dibaca di web lokal rasa internasional http://sababaywinery.com/our-story
Secara garis besar  awal winery ini ada, karena rasa prihatin seorang wanita terhadap nasib petani anggur Bali.  Rasa asem anggur Bali sudah sejak dulu terkenal, sehingga anggur ini berharga murah, hanya 5000 rupiah per kilo dan hanya dipakai untuk kelengkapan sajen saja.  Petani tanam susah payah, tapi harga jual super murah, miskin seumur hidup walau sudah berkeringat.  Ibu Mulyati Gozali yang peduli dengan nasib petani Bali berkeinginan membalik nasib petani Bali.  Kemuliaan dan janji Tuhan, menolong orang lain akan memberikan "kemuliaan" dan rejeki tak putus, bahkan rejekinya bukan hanya dinikmati petani Bali tapi juga bangsa Indonesia, yang saat ini sedang giat-giatnya memposisikan diri di dunia dengan berbagai cara.
Presiden Jokowi sangat mendukung kaum muda dan anak bangsa yang menciptakan apa saja untuk Indonesia Jaya.

Dari mas Yohan ini pula aku baru tahu kalau minuman beralkohol tidak boleh dipromosikan.  Waduh gimana ini mau ngetop di Indonesia ya?  Menurut dia, dengan mengadakan acara seperti makan malam tadi itu cara promosi di Indonesia. Ealaaah....berarti yang tahu hanya kalangan terbatas ya, hanya sesama penggemar wine saja.  Okelah,.....kalau gitu saya yang akan promosi di sosial media saya saja.....hahahahaha......
Mulai saat ini harus minum wine lokal dan promosikan sebanyak-banyaknya.

Wine Sababay dengan 6 jenisnya, kemarin diperkenalkan 3 rasa, 2 jenis Red Wine dan 1 jenis White Wine karena aku makan udang.  Menurut mas Yohan white wine membuat rasa ikan lebih manis, tapi red wine membuat rasa udang jadi pahit tidak enak.  Waktu dia tanya suka white apa red ?, aku jawab semua suka. Mau red atau white libaaaas......mungkin dalam hati dia bilang.."wah ini mah kagak paham wine, asal tenggak aja"  hehehhehehhehehehe....iya sih mas, saya cuma tahu enak dan enak sekali, manis dan sepet.  Sepet aja diminum, apalagi manis, pasti diminum dengan pujian.....


Kabar keren lagi dari Sababay, anggur misa di gereja Katolik akan didukung dari winery teluk Saba Bali....wuiiih keren.  Sekali lagi Tuhan memberikan kemuliaan bagi orang yang memikirkan dan berbuat untuk  orang susah.  Mudah-mudahan akan menjadi anggur misa seluruh gereja Katolik di dunia.

Sukses buat mas Yohan Handoyo, sukses buat Sababay, sukses buat Bali dan sukses untuk Indonesia Satu  (yang belakangan agak kampanye, karena 2019 thn depan pilpres dan Joko Widodo memegang nomo urut 1 😁😁😁)
Read More
Be the first to comment!

Just A Thought For My Angels

Widya | Friday, September 28, 2018 |
Bergabung bersama dalam grup belajar online itu sungguh dunia yan indah, bahagia dan rame.  Hampir semua memiliki cerita yang mirip-mirip, tak kan kita merasa sendiri...

Memilih kain, hampir semua galau saat memilih warna kain, semua nampak indah dan ingin dipakai tapi tahu tak mungkin.  Dan semua tak mau melibatkan suami karena selera warna berbeda.....bisa-bisa acara pilih kain menjadi ladang pertengkaran dan diskusi panjang yang menurunkan mood.

Hampir semua juga memilih untuk menjahit saat suami tidur nyenyak dan lega kalau suami jauh bisa puaaaas di mesin jahit seharian, karena hampir semua suami juga ngajak ribut cemburu dan bersaing dengan kain dan mesin jahit.....
Andaikan suami mau gabung jahit mungkin lebih indah ya....hahahahahahahaha

Mas Agung juga sama, dia sih tidak protes terang-terangan, tapi selalu buka pintu kamar dan berkata, "masih disitu juga...seharian di depan mesin ?"
Sebal deh.  Kesannya kegiatan bagus begini koq masih diprotes juga.
Tapi aku beruntung punya suami yang sabar dan pengertian, asaaaaaal aku mau kasih pengertian yang panjang....hehehehehehe

Satu hari harus dilewati dengan karya yang bermutu dan bermakna.  Prinsip yang kubuat untuk diriku sendiri.  Bisa saja sesuatu yang bermaksna itu membaca buku bagus, membuat aneka karya bagus, menulis di blog atau sosial media, atau belajar sesuatu yang baru. Andai aku pergi keluar rumah, acara pergi itu harus membawa sesuatu yang bermakna, bukan hanya sekedar makan dan jalan-jalan menghabiskan waktu, maka pergi ke tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi menjadi ajang belajar, bertemu teman-teman baru akan kuisi dengan "wawancara" kecil, menggali apa saja yang mereka miliki.  Untuk sekarang, menjahit adalah kegiatan yang aku cintai.  Berkarya setiap hari membuat tidurku nyenyak karena merasa sudah melewati hari dengan produktif dan menyenangkan.  Jalan-jalan ke mall atau nonton TV akan membuatku tak nyenyak tidur, menyesal karena satu hari lewat tanpa karya berarti.

Melihat karya indah yang aku hasilkan memberikan kepuasan namun sekaligus sedikit penyesalan karena tak kulakukan sejak aku masih berusia lebih muda.  Seakrang terasa seerti berpacu dengan waktu.  Usia yang semakin tinggi juga memberikan kesadaran bahwa tubuh manusia akan perlahan kehilangan kemampuan primanya.  Aku ingin sebelum aku tak mampu lagi melihat lubang jarum, aku sudah menghasilkan banyak karya indah dan berbagi ilmu dengan orang lain.
Catatan penting untuk bidadari mama, pakailah usia muda dan energi yang banyak untuk menghasilkan karya dari semua bakat dan talenta yang kalian punya, sebelum semuanya terlambat dan tersisa penyesalan.
Adek Tista mewarisi banyak bakat mama, ayo nak gerakkan semua potensimu, jangan habiskan waktu untuk berhaha hihi dengan gawai (gadget).  mama masih bisa mengajarkan dan manfaatkanlah sayangku.
Mbak Dea mewarisi banyak bakat papa yang dulu papamu tak punya kesempatan untuk mencapai puncaknya, ayo mbak asah terus, bermusiklah sampai mencipta lagu, desainlah gambar untuk dikerjakan adikmu dengan media apa saja, kalian berdua bisa kolaborasi dengan semua bakat dan talenta yang Tuhan beri.

Read More
Be the first to comment!

Gypsi Wife

Widya | Friday, September 28, 2018 |
Suatu ketika buka FaceBook, melintas postingan mbak Tarti Soeparwoto tentang kelas online patchwork dengan Gypsi Wife.....naah ini dia yang kutunggu. Mbak Tarti seorang quilter dan seniman patchwork yang luar biasa.  Karya-karyanya unik di mataku, aku bisa tahu hasil karya mbak Tarti jika dijejerkan dengan karya quilter lain.  Warna dan desainnya khas, mungkin juga pemakaina bahan batik menjadi ciri khasnya.  Yang jelas hasil karya mbak Tarti itu nyeni dan eyecatching.  Beberapa karyanya malah desain sendiri dari koleksi foto pribadinya.  Memindahkan foto jepretan sendiri ke kain itu sesuatu yang wow banget, tak kan disamai orang lain.  Suatu hari nanti siapa tahu mbak Tarti mau menularkan ilmunya ini....ngareeeep lagi.  Betul-betul seorang master.

Belajar pada seorang master selalu ingin kulakukan, sayang mbak Tarti jauh di Pekan Baru, dengan posisku yang mengikuti suami bertugas menajdi sulitlah untuk diriku belajar pada cik gu yang super ini.  Sampai aku melihat postingan belajar online itu.  Aaaaah ini namanya pucuk dicinta ulam tiba.  Aku memutuskan saat itu juga harus ikut.  Ternyata setelah mbak Tarti pindah ke Jakarta, mbak Tarti ingin tetap menjalin hubungan dengan murid-muridnya di Pekan Baru, dan calon murid sepertiku ini kebagian rejeki belajar pada sang guru.  Terimakasih Tuhan karena menggerakkan mbak Tarti tinggal di Jakarta 😃😃😃.

Gypsi Wife Patchwork menjadi pelajaran patchwork perdanaku dengan cik gu Tarti.  Teman-teman yang belajar di grup yang sama semua sangat berbakat dan pintar-pintar.  Bukan hanya dari cik gu aku belajar, tapi juga dari teman-teman sesama murid yang mungkin malah sebagian besar mereka juga sudah master..... Guruku banyak dan ilmuku jadi banyak juga.

Bahan untuk Gypsi Wife ini aku siapkan sendiri, aku beli dari Bali Batik Iki, karena kata cik gu wanita Gypsi itu berani menabrak-nabrakkan warna, maka jadi kesempatan untukku pakai semua warna yang aku suka.  Toh karya perdana ini akan jadi koleksiku kan.  
Pola Gypsi Wife diberikan setiap hari satu block. Dan dalam satu bulan sudah jadi karya patchwork seukuran tempat tidur.....betul-betul spektakuler untukku, karena ini karya terbesar pertamaku.
Melihat hasilnya aku heran sendiri, ternyata kalau mau, aku bisa bikin karya segede ini dalam sebulan.  Langsung ada penyesalan kenapaaaaa tidak dari muda saja, kemana saja aku dulu....sekarang rasanya aku harus berlomba dengan umur untuk bisa bikin karya-karya besar seperti ini.  Mudah-mudahan mabk Tarti dan teman-temanku sehat semua, aku sehat juga dan kita tetap bisa menjahit bareng sampai rambut kita tak tersisa hitamnya.


Read More
Be the first to comment!

Lace Applique Bersama Adida 4

Widya | Friday, September 28, 2018 |
Suatu hari dihubungi oleh mbak Maria Magdalena, seorang wanita serba bisa yang kukenal melalui Face Book, karena kami berdua menjalankan pendidikan homeschooling untuk anak-anak kami.  Serba bisa dan punya minat yang banyak di bidang ketrampilan, sepertinya sama kayak aku, wanita geleman kalau berurusan dengan bikin yang cantik-cantik.  Blognya http://www.limeleaves.biz/ bahkan sudah menjadi blog bisnis.  Disana beliau menjual desain dan hasil karyanya. Yang bikin aku kagum dan pengin bisa lagi itu adalah kemampuannya untuk membuat desain sendiri.  Mungkin suatu hari dia mau jadi mentor desain crafting dengan komputer....ngareeep.

Kalau kita sudah pernah bikin patchwork, kita akan tahu untuk membuat desainnya bukan hal mudah.  Menyamakan pola satu dengan pola lain hingga membentuk gambar yang bagus itu tidak gampang.  Ukuran tidak sama hasilnya pasti tidak akan ketemu dengan gambar-gambar di sebelahnya.  Menjahit desain orang saja tidak mudah, memilih kain yang cocok, bisa bikin kepala  nyut-nyutan, apalagi membayangkan desain dibuat dengan cara manual dan trial and error saja perut langsung mules, kepala langsung pusing.  Ilmu belum sampai kesana.

Melalui pesan FB messenger mbak Maria menawarkanku untuk ikut belajar online menjahit Lace Applique.  Appliquenya aku tahu dan sudah pernah bikin saat aku masih SMP. Tapi embel-embel Lace nya itu tidak tahu.  Seperti biasa, sesuatu yang belum kuketahui selalu memancing penasaran. Aku iyakan untuk bergabung di Adida 4 bersama teman-teman lain dari berbagai kota.

Proses belajar dan menjahit bersama ini akan berlangsung selama 6 bulan, satu pola setiap bulan. Pola akan dikirimkan melalui email yang harus kita cetak, kita rangkai menjadi pola utuh.  Untuk merangkai pola utuh ini juga harus agak mikir sedikit, karena pola yang dikirim hanya potongan seperempat pola, sehingga mencetak dan mengcopy dengan sistem cermin harus dilakukan.  Pola jadinya ternyata cukup besar.  Setiap anggota menyiapkan kain sendiri sesuai selera warna masing-masing.  Kain gelap dan terang untuk membedakan Lace dan Backgroundnya, dan kain berwarna lain untuk bunga di tengah Lace.  Setiap pola Lace dibuat untuk 2 bulan, namun bunga di tengah berbeda setiap bulan.  Menjadi kewajiban semua peserta untuk menyelesaikan satu pola setiap akhir bulan dengan mengirimkan foto jadi.  Tidak dapat menyelesaikan satu pola, maka otomatis akan dikeluarkan dari grup wa dan tidak dapat mengikuti pola berikutnya.  Keharusan untuk selesai ini membuatku semangat mengerjakan.  Tanpa deadline mungkin proyek ini tak kan selesai sama sekali.

Satu hal yang membuat proyek ini sebetulnya bisa diselesaikan tepat waktu adalah pembuatannya dengan tangan, semua dijahit dengan tangan, tanpa mesin.  Sehingga potongan kain, jarum dan benang bisa kita bawa kemana saja dan jahit kapan saja.  Aku biasa membawa jahitan ini ke kegiatan organisasi, menemani suami nonton TV, atau saat berkendaraan.

Perjalanan belajar ini memiliki cerita berbeda-beda. Di bagian lace sejak awal tak ada kesulitan. Namun di aplikasi bunga menemukan kesulitan.  Sebetulnya sudah pernah belajar bikin batang itu harus dengan kain yang dipotong serong supaya bisa lengkung, tapi teori itu lupa, sehingga di lace pertama batang bunganya kaku.  Di pola bulan kedua batang sudah berbeda cara pembuatannya hingga lebih bagus.  Tapi aplikasi bunga belum presisi seperti milik teman-teman lain.   Ternyata ada perbedaan cara.  Seharusnya pola bunga dan daun semua digambarkan juga di kain background, kemudian potongan-potongan kain itu ditempelkan sesuai pola gambar tadi.  Dan itu tidak kulakukan, maka bunga yang terjahit posisi dan jarak tak sesuai pola yang diberikan.  Di pola ketiga hal itu baru diperbaiki.

Namun aku tak pernah membongkar pekerjaan yang salah.  Biarlah itu jadi pelajaran dan malah bisa dilihat kembali sambil mempelajari kesalahan dalam perjalanan.
Hasil bergabung dengan Adida 4 aku simpan di https://www.instagram.com/p/BboKc6olun3/?taken-by=ide_dan_jemari

Terimakasih mbak Maria Magdalena, terimakasih teman-teman Adida yang selalu saling menyemangati.  Menanti untuk perjalanan menjahit bersama berikutnya.
Read More
1 Comment so far

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan