Loading

Akhirnya Belajar Berenang

Widya | Sunday, October 16, 2022 |


"ada gak mbak muridnya yang cepat bisa ?"
"ada,....anak-anak ...."😀
"bukan mbak, yang seumuran saya tapi cepat bisa!'
"gak ada mbak, semua ibu-ibu lama kalau belajar!" 😅😅

Memang ya, teori itu mesti betul  Belajar apapun di usia muda akan lebih cepat berhasil. 
Otak anak-anak yang seperti spons menyerap semua yang dilihat, didengar, dicoba, belum lagi ketiadaan kesadaran akan resiko dan bahaya, yang ada hanya coba, coba, coba lagi, sampai berhasil.
Teori juga mengatakan, "belajar  harus seperti anak kecil, gak takut jatuh, bangun lagi, sampai bisa"

Seharusnya semakin tua semakin sadar, kalau tidak boleh patah arang hanya karena gagal beberapa kali, tapi prakteknya susaaaaaah banget.

Untung pula eike termasuk mama nekad, cemplungkan anak ke kolam sejak usia 6 bulan. Belajar renang serius dengan guru sejak TK, walau baru berhasil saat mereka di sekolah dasar.  Guru juga berperan penting.  Guru yang disiplin dan teguh hati, membuat anak didik cepat bisa dan pantang menyerah.

💗💗💗

Suatu masa, di suatu penugasaan suami sebagai Deputi Jiandra di Wantanas, eike dipertemukan dengan senior bertubuh mungil tapi berdaya besar.  Sudah lama mengenalnya, namun hanya sepintas karena tak pernah bersama dalam kepengurusan.  Cerita sana sini dalam suatu pertemuan, eh ndilalah mbak Ari ingin bergabung dengan grup Line Dance, jadilah kami bareng dalam satu grup.

Suatu ketika eike juga mencari pemain kolintang untuk grup baru, iseng nawarin mbak Ari, lha dia semangat mau gabung.   Aduh rasa hati ini senang bukan main.  Perasaan yang selalu kurasakan setiap kali brtemu dengan orang-orang yang full energi, full bakat, dan banyak maunya.
Selain line dance dan kolintang, kami juga bareng menjahit. Cobalah dalam 3 kegiatan berbeda kita bersama.
Suatu ketika iseng mbak Ari menceritakan jadwal kegiatannya yang penuh.  Salah satunya renang.
Naaaaah.....ini dia saya bisa menyelipkan renang dalam jadwal saya, tapiiiiii......gak bisa berenaaang....😝

Aaaaah.....masak iya gak bisa terus. Lagi sepertinya renang enak, olahraga tapi gak keringatan, selain olahraga yang disarankan oleh dokter pada pasien yang memiliki masalah dengan lutut dan saraf belakang, selain untuk mengontrol berat badan.  Bagaimana ceritanya, hanya membayangkan makanan aja, jarum timbangan bergeser ke kanan......asthagaaaaaa 😎😎
Cari guru dulu aaaaaah......

Daaan beruntung, akhirnya dapat guru mantan atlet, sebaya eike.... (bikin tambah semangat dong, seumuuuur masih renang berjam-jam).  Para orang tua yang masih aktif selalu menjadi motifasi untuk tetap sehat, tetap aktif, tetap gerak, seperti mereka.  Mereka bisa, saya juga harus bisa....semangaaaaaat.

Kelas privat dapat jam 0600 pagi.  Mas Agung berangkat ke kantor, aku berangkat ke kolam.  
Mbak Ivonne sebagai guru, sabar tapi tegas. Nawar gak boleh, harus tetap berjuang dari ujung ke ujung memanjang kolam.  Setiap tahap yang harus dilalui ya harus dilakukan.  Dibuka dengan stretching, ditutup dengan senam air.
Kelas jam 0600 ini bikin keder, takut airnya dingin, tapi ternyata tak seperti yang dibayangkan, gak sempat menggigil...yang ada malah capek....
Olahraga yo mesti capek kan yaaa.

Baru tiga kali datang, masih bikin gurunya senewen.  Panjang sabar ya mbak Ivonne.  
Untung gak ada anak-anak.....bisa-bisa mereka bilang....."naaah mama rasa kaaan.....susah ternyata, kita dulu juga susah mamaaaa..." 😂😂 
Entah kedatangan keberapa aku bisa berenang dengan gaya yang benar.
Walau tak menjadi atlit, tapi gaya harus benar, tidak asal-asalan dunk....
Mbak Ariiiii.......ntar kita renang bareng ya kalau sudah bisa....

Emak-emak sibuk, line dance, kolintang, jahit, renang.......astaghaaaa.....andai hari dan jam bisa ditambah, entah apalagi yang akan kita lakukan mbak.....masih ada merajut, menyulam, melukis, baking.....so many dreams.....

💖💖💖

Kalau dulu dananya untuk belajar anak-anak, sekarang untuk mama belajar.
Semua ada masanya ....
Poin penting, belajar sejak usia dini, pakai cara anak kecil belajar, jatuh bangun lagi sampai bisa.  Lalu cari guru yang mumpuni, jangan asal-asal.  
Nah yang masih punya anak kecil, ayo ceburkan ke kolam, jangan takut, kan ada gurunya.  Harus jadi mama tega, kalau mau anak berhasil.  Dielus-elus gak akan jadi jagoan.  Kalau mama gak tega, jangan dilihat, duduk aja menjauh sambil ngopi, tahu-tahu satu jam sudah berlalu.
Berenang adalah kemampuan survival yang harus dikuasai.
Tak lupa bergaul dan bertemanlah dengan orang-orang yang memiliki kegiatan, kebiasaan positif dan memilik banyak kemampuan, karena kita akan terpacu untuk meguasai salah satu atau dua yang dikuasai sahabat kita.

Bergaul dengan yang pandai akan ikut pandai
Bergaul dengan kaum rebahan akan ikut malas
Bergaul dengan orang pesimis akan ikut merasa tak bisa apapun

Yuuuk hidup sehat dan aktif, supaya saat Gilgamesh proyek jadi kita sudah siap...😍😍😍

Read More
Be the first to comment!

Kembali Ke Masa Awal

Widya | Thursday, March 18, 2021 |


Lama sekali baru menulis lagi...😀😀 

Kali ini mau cerita tentang masa awal perkawinan, sebagai cerita buat anak-anakku tercinta.

Menikah....suatu perjalanan baru, yang sudah ku tekadkan untuk berani menghadapi tantangan di depan, dan berupaya sebaik mungkin menjalankannya. Aku juga memutuskan dalam hati untuk menjadi istri yang tangguh, tidak cengeng dan mandiri menjalankan tugas sebagai istri dan suami.  Dalam kepala sudah dicetak, mas Agung memiliki tugas dan tanggung jawab yang membuatnya tidak akan selalu ada 24 jam di sisiku dan anak-anak kelak.  Tugasnya adalah konsentrasi penuh pada pekerjaan dan membina kariernya sebaik mungkin untuk menjamin masa depan keluarga kami.  

Saat awal kami menikah, aku masih bekerja.  Kondisi finansial kalau dilihat dari gaji, jauh sekali besar gajiku berlipat-lipat dari mas Agung.  Namun sudah diputuskan, gaya hidup dan kebutuhan kami harus dicukupi dari gajinya.  Gajiku masuk ke tabungan.  Sebagai istri tentara, hidup sederhana adalah pilihan yang tersedia, untungnya dan aku rasa itu juga keuntungan mas Agung punya istri kayak aku..😂, aku tak punya tuntutan besar pada gaya hidup, bukan karena terpaksa, tapi memang bukan disitu kebahagiaanku. Aku lebih memilih untuk membeli buku bagus dan mahal lalu duduk di rumah membacanya. 

Di akhir tahun pertama menikah, aku hamil. Kami tinggal di Surabaya berdua saja. Kehamilan tidak berjalan enak nyaman.  Kalau orang lain hamil mualnya hanya 3 bulan pertama, aku mengalami 7 bulan. Tidak bisa bicara banyak, bergerak banyak, tidak bisa makan, karena kalau aku melakukan itu semua langsung muntah, blas gak ada enak-enaknya.  Pulang ke rumah orangtua ?  Tidak terpikirkan, seingatku kami tidak pernah membahas kemungkinan itu.  Tiap pagi sebelum berangkat kerja, mas Agung menyiapkan termos air panas dan Marie Regal di samping tempat tidur, yang belum tentu juga aku sentuh sampai dia pulang.  Lama-lama masuk angin dong, sakitnya itu, mulai dari perut sampai ke ulu hati, bergerak tambah sakit, akhirnya berdoa saja.  Saat itu belum ada telpon, jadi tidak ada ceritanya, telpon suami di jam kerja hanya untuk minta dia pulang karena istrinya sakit.  Makan malam selalu direncanakan sejak malam sebelumnya, nanti mas Agung pulang bawa makan malam.  Kenapa begitu ? Ya karena mau makan itu harus mengkhayal dulu makanan apa, kalau tidak, makanan gak bisa ditelan.

Menjelang kelahiran, kami kembali ke Jakarta, karena mas Agung juga harus berlayar.  Dea lahir di Jakarta. Mas Agung masih layar. Papa dan mama yang menemani.  Mas Agung baru kembali setelah Dea berumur seminggu. Tiga bulan kami tinggal di Jakarta.  Saat Dea berusia 4 bulan kami kembali ke Surabaya.  Petualangan sesungguhnya dimulai.

Tanpa pembantu, hanya kami bertiga. Beres-beres rumah, memasak, mendampingi Dea aku lakukan sendiri. Menemukan berbagai cara dan trik melakukan berbagai tugas sambil memiliki anak, membuatku tertantang.Tantangan demi tantangan itu sungguh membuat hidup terasa bergairah bersemangat....

Menemukan lagu pengantar tidur Dea tidak sengaja, Edelweiss yang akan membuatnya merasa mengantuk setiap kali mendengarnya, membuat makanan sehat untuk bayi, sambil membersihkan rumah, mencuci menciptakan cerita berbeda setiap hari. Tiap kali mas Agung pulang, dia akan mendapat cerita baru tentang permata hatinya.  Tugas mas Agung tiap pulang kerja adalah bermain dengan Dea, sementara aku mengerjakan hal lain yang tidak sempat aku kerjakan saat mas Agung belum pulang.

Kenapa tugas mas Agung bermain dengan anak, ya alasan sederhana, waktunya bersama anak-anak tidak banyak, keterikatan batin bapak dengan anak harus terbangun erat.  Terbukti kedua anak kami, tidak pernah lupa wajah ayahnya walaupun ditinggal layar berbulan-bulan.  Yup, betul, tugas berlayar mas Agung itu bisa berbulan-bulan, semua keluarga besar TNI AL memiliki kisah yang mirip.  Mandiri selalu menjadi pilihanku dan mas Agung. Tidak pernah setiap mas Agung berlayar, aku dan Dea pulang ke Jakarta. Kami menikmati waktu berdua.

Suatu kali mas Agung pulang layar, lalu mendadak pulang dan bilang, "kita pindah ke Jakarta, dan aku berangkat besok, honey dan Dea bisa menyusul ?"  Eiiiitsss.....harus bisa dong, kalau mas Agung balik lagi ke Surabaya jemput kami, biayanya banyak. Jadilah aku dan Dea tinggal. Aku harus membereskan barang-barang yang akan dibawa ke Jakarta. Kepindahan pertama ini memberikan pelajaran, kami tidak perlu memelihara barang, menghias rumah, supaya kalau kami pindah tidak perlu ada barang yag dibawa selain baju saja.  Aku dan Dea naik kereta api ke Jakarta. Dua tempat duduk kami beli.  Dea belum bisa jalan, masih bayi.

Sepanjang perjalanan ke Jakarta, aku harus menjaga supaya dia tidak rewel dan mengganggu penumpang lain.  Andalanku ASI, menyanyi dan bermain. Lagu Topi Saya Bundar, Kepala Pundak Lutut Kaki saya nyanyikan berulang-ulang, sambil mengerakkan tangan Dea mengikuti lirik lagu.  Dea bisa tersenyum lebar, tertawa ceria dengan mata berbinar-binar setiap diajak menyanyi dengan gerak seperti itu.  Penumpang lain mungkin kesal dengar suaraku yang tidak merdu, tapi itu pilihan terbaik daripada dengar suara bayi menjerit-jerit kan bro....😂

Kalau mau ke kamar mandi, aku tunggu sampai Dea tertidur dan aku titip penumpang depan untuk menjaga Dea. Lari ke toilet dan kerjakan dengan cepat. Balik Dea masih nyenyak.  Sepanjang perjalanan tidak ada insiden Dea menangis, sekali saja tidak.  Dia teman perjalanan jauh yang menyenangkan, bahkan sejak bayi.  Untukku itu prestasi luar biasa bagi diriku sendiri...hehehehehehe

Ada kisah perjalanan lain yang kami lakukan bertiga, kali ini sudah ada Tista, ke Lampung.  Mas Agung ada kegiatan di Lampung, dan kami menyusul.  Perjalanan dengan bisa malam.  Dea sudah TK Besar, Tista berumur 1.5 th, sudah jalan tapi masih oleng.  Dea berlaku sebagai kakak, dia duduk dengan penumpang lain di sebelahku. Aku duduk dengan Tista.  Entah bagaimana prosesnya, yang jelas kami sampai di Lampung jam 4 pagi, menunggu dijemput di area pelabuhan yang kelak aku tahu itu daerah berbahaya.  Saat belum tahu rasanya biasa saja. Sambil gendong Tista, tangan satu menggandeng Dea, yang satu lagi sikat gigi di pinggir jalan, supaya nampak galak kan....😂  Akal itu harus selalu ada.


Saat mas Agung di Surabaya kami tidak ikut, apa yang membuat kami tidak ikut?  Sekolah, karena Dea sudah sekolah kami tidak ikut. Tapi itu tidak lama. Kemudian mas Agung pindah kembali ke Jakarta.  Kali kedua kami di Jakarta, kami sudah tinggal di Ciangsana.  Kami tidak tinggal bersama orangtua lagi. Diwarnai tugas belajar mas Agung ke Amerika, dan tetap berlayar karena mas Agung menjadi komandan kapal.  Tetap tanpa pembantu, kecuali saat mas Agung di Amerika, yang anehnya begitu mas Agung pulang, itu pembantu juga selesai.  Yup, kami memiliki pembantu tetapi itu tidak berarti dibanding perjalanan keluarga kami yang mandiri.  Aku tidak memiliki kemewahan untuk punya pembantu bertahun-tahun seperti yangti dan mama. Hanya pendek-pendek sekali.  Bangun jam 2 pagi, bikin roti untuk dijual Suminah keliling kompleks, masak makan pagi dan makan siang untuk Dea, Tista dan Alda, jam 4 bangunkan anak-anak. Mandi, dan jam 0530 aku antar mereka ke sekolah, antar les, antar Alda ke Bulak Rantai, lalu pulang.  Jika ada kegiatan organisasi, aku drop anak-anak di sekolah, nanti papa yang jemput.  Selesai kegiatan aku jemput mereka ke Bulak Rantai dan pulang ke Ciangsana. Masa-masa yang sangat dinamis dengan jadwal yang padat, jualan kue, sekolah, les, lomba, organisasi. Anakku 3 orang.....Dea Tista Alda....mereka les yang sama, lomba yang sama, kegiatan yang sama, makan yang sama.  Di masa SD itu Dea dan Tista sama-sama dijahit dagunya, jatuh karena sebab berbeda, tapi jahit di tempat yang sama.  Hanya Dea saja yang operasinya ditunggu mas Agung.  Dengan Tista, mas Agung hanya dapat ceritanya saja.  Petualangan 4 perempuan yang sangat menyenangkan.

Setelah kami pindah dari Kupang, kami memutuskan untuk menarik anak-anak dari sekolah, aku ambil alih tanggung jawab pendidikan anak-anak.  Saat itu Dea sudah di kls 1 SMP dan Tista masih di kls 4.  Mengajar mereka di rumah, memilih guru les matematika dan fisika, mengantar mereka les ke kota lain seminggu 2x, aku lakukan sendiri.  Ada supir sebetulnya, tapi karena jam les anak-anak sampai malam, aku kasihan, waktunya yang untuk keluarganya sendiri malah harus antar anak-anak.  Jadi biarpun mas Agung jadi komandan lanal, aku tetap supir anak-anak.  Memiliki anak buah tidak membuatku berpikir semena-mena, tugas mereka hanya di jam kerja mereka saja.  Di luar jam kerja itu menjadi tugasku.  Sejak di Jakarta sampai mereka besar, aku adalah supir anak-anak.  Mereka tanggung jawabku.  Aku tidak percaya juga kalau harus pakai supir, takut terjadi apa-apa.  Toh aku juga tidak bekerja lagi.

Dea dan Tista selalu ikut kemana saja mas Agung bertugas hingga mereka lulus SMA.  Saat mereka sudah di perguruan tinggi saja mereka tidak ikut lagi. Hanya aku saja yang ikut mas Agung.  Untuk ini aku harus minta maaf sama Dea, karena memberikan beban menjaga rumah dan anjing burung dan ikan padanya.  Mama papa minta maaf ya kakak sayang.  Tapi Dea dan Tista brprestasi di bangku kuliah, mama papa juga berterimakasih karena semua seudah menunjukkan kerja keras dan hasil yang baik.  

Walaupun ibu rumah tangga tanpa penghasilan pribadi, tapi memastikan suami bisa bekerja tanpa terganggu urusan domestik rumah tangga dan anak-anak, memastikan anak-anak tumbuh sehat, lincah, pandai, memastikan penghasilan suami cukup dan bisa ditabung, memastikan kehidupan pribadi dan anak-anak adalah petualangan menyenangkan sarat ilmu dan ketrampilan adalah prestasi yang harus dikejar setiap perempuan yang memutuskan untuk menjadi istri dan ibu.

Untukku, rumah tangga dikepalai dua orang dewasa dengan tugas dan tanggung jawab berbeda yang masing-masing harus mandiri dalam mengerjakannya adalah rumah tangga yang baik.  Suami memastikan pekerjaannya berjalan baik, kariernya meningkat untuk memastikan kesejahteraan keluarganya.  Istri memastikan semua urusan domestik tidak mengganggu tugas dan kewajiban suami.  Keduanya memiliki bobot tanggung jawab yang sama penting.  Jika diibaratkan penugasan, andai aku adalah komandan, aku akan senang kalau kalau memiliki wakil yang bisa diandalkan, memiliki inisiatif, bisa bekerja tanpa harus diarahkan terus menerus.  Tidak satu lebih penting dari yang lain. Suami istri sama pentingnya.

Tak terbayangkan jika mas Agung berlayar, isi kepalanya masih sibuk memikirkan kamar mandi di rumah, popok bayi yang dicuci, pr sekolah anak yang belum dikerjakan, cicilan rumah yang tidak dibayar karena uangnya selalu habis buat ngopi-ngopi, dan lain lain. Pasti bawaannya ingin cepat sandar dan cepat kasih intruksi. Mungkin lama-lama minta dibebaskan dari tugas berlayar saja demi mengurus rumah, istri yang selalu menunggu instruksi dan anak-anak yang harus diajari.  Mungkin gak akan sampai dapat bintaang dua...😉


Mb Dea, adek Tista, Alda, mudah-mudahan cerita ini bisa menjadi inspirasi buat kalian kelak saat memutuskan menjadi istri dan ibu.  Buat variasi yang paling cocok dengan kehidupan kalian masing-masing, tapi jadilah perempuan, istri dan ibu yang bisa diandalkan suami dan anak-anak.  Terus belajar dari berbagai sumber, karena ilmu parenting dan manajeman rumah tangga itu berkembang menyesuaikan jaman. Belajarlah dari siapa saja, bertemanlah dengan orang-orang pandai dan cerdik di sosial media, timba ilmu dari sana.  Jika kalian memiliki anak, bertemanlah dengan orang-orang yang concern dengan pendidikan anak.  Jangan pernah merasa sudah tahu, lebih baik kalau merasa belum tahu, belum cukup ilmu sehingga selalu bisa menerima berbagai pandangan, mengolahnya dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Bila kalian harus menajdi ibu rumah tangga tanpa penghasilan pribadi karena satu dan lain hal, hadapi dengan senang, dengan semangat, temukan tantangan di setiap tugas dan kewajiban, taklukkan tantangannya dan gembiralah dengan hasilnya.  Jadilah ibu rumah tangga yang cerdas, lincah, cantik, bijaksana.  Jadilah mercusuar rumah tangga yang tegak berdiri menjadi arah dan pegangan.




Read More
Be the first to comment!

Pandemi Corona

Widya | Monday, May 25, 2020 |
Awal tahun 2020, kabar dari Wuhan CIna, wabah baru melanda Wuhan, mengakibatkan ratusan orang harus dirawat di rumah sakit.
Tadinya berita itu hanya diterima sebagai berita biasa saja, hingga menjadi perhatian dunia, karena jumlah korban terus meningkat dan diberitakan belum ada obat yang mampu mengatasi.
Ditambah lagi, sebaran penyakit semakin luas hingga ke Eropa dan Amerika.
Wuhan sudah menetapkan lockdown total di wilayah tersebut. Beberapa negara Eropa juga memutuskan untuk lockdown.

Indonesia masih ayem saja. Di rumah malah becanda, Flu ini gak akan menyerang negeri tropis.  Dengan matahari bersinar terik, tak ada virus flu yang bertahan.  Flu hanya menjadi berat di negeri-negeri 4 musim.  Jakarta malah sibuk mengolok-ngolok gubernur Anis BaswEdan yang tak mampu mengatasi banjir.  Titik banjir yang duld berkurang di jaman Ahok, sekarang tambah berkurang, tinggal 1 titik saja, tapi luas titik itu menutup Jakarta 😂😂😂

Pertengahan Maret, ternyata ada korban Corona di Jakarta.  Korban pertama yang terdeteksi adalah ibu dan anak perempuan yang sebelumnya bertemu orang Jepang di sebuah klub. Masih tenang, hingga mendadak diberitakan korban Corona bertambah banyak.  Hampir tiap hari wa grup, sosial media dan televisi memberitakan semua yang berkaitan dengan Corona.
Tak lama pemerintah menetapkan pembatasan sosial berskala besar.
Daaaan mulailah kehebohan terjadi.....

Sekolah-sekolah tutup.   Murid belajar dari rumah.  Akibat keadaan darurat, semua keluarga melakukan homeschooling. Sesuatu yang kami lakukan dahulu hehehehehehe.  Guru dan orangtua mendadak harus menguasai internet. Mereka harus segera terbiasa dengan platform meeting virtual, yang selama ini bahkan tak mereka tahu ada.  Mau orang kaya, orang miskin, terpelajar atau kuren terpelajar, semua harus memakai internet.
Koq ya kebetulan, menteri pendidikan yang sekarang, Nadiem Makarim adalah praktisi internet, beliau adalah pioneer penemu pemilik perusahaan Go Jek. Semua urusan dengan internet sudah menjadi mainannya bertahun lalu.
Kebetulan pula presiden Jokowi baru launching Tol Langit alias internet dengan kecepatan yang lebih dahsyat dari sebelumnya.
Tuhan punya mau kaaaan.....

Ibu-ibu dan bapak-bapak pusing harus menemani anak-anak belajar dan mendampingi supaya anak-anak dapat menangkap pelajaran dari guru melalui internet.  Fungsi orangtua sebagai pendidik pertama dan terutama bagi anak-anaknya dikembalikan oleh alam.  Setelah puluhan tahun, orangtua hanya paham anak hanya belajar di sekolah, tanggung jawab pendidikan anak-anak adalah sekolah, guru dan pemerintah.  Kini oleh yang Kuasa, fungsi itu dikembalikan.  Orangtua harus bertanggung jawab penuh dan mendampingi tumbuh kembang anak melekat.
Kalimat-Kalimat....."aih ternyata jadi guru pusiiing"....."aku gak paham anak-anak belajar apa"....."sudah lupa semua pelajaran dulu"........"kapan sekolah buka, mamak mau ngopi sama teman daripada pusing dampingi anak belajar"......."sudah mau muntah aku, ikut mikir materi anakku nih" dan lain-lain.......
Aku dulu ya pusing juga sih, tapi gak mengeluh....malah jadi penasaran dan asyik....
Iklan minyak kayu putih......"buat anak kos coba-coba"....hehehehehehehe.....kalau gak dicoba gak akan tahu doooong.  Yang penting bertanggung jawab dan ada dasarnya untuk coba-coba.

Doa bersama keluarga.  Ritual ini sudah puluhan tahun tak pernah terjadi lagi.  Akibat kesibukan dan kelelahan melakukan perjalanan dari dan ke temuta kerja atau belajar.  Bulan Mei adalah bulan Maria, bulan rosario.  Entah kapan kami rosario sekeluarga. Saking lamanya sampai lupa.  Sekarang ? Setiap malam kami berempat doa rosario bersama.
Dea kena PHK karena situasi akibat corona ini.  Tista wisuda dan rencana belajar ke Malaysia tertunda juga karena corona.  Semua dibawakan dalam doa bersama. Mencoba melihat kehendak Ilahi.
Gereja juga tutup.  Sehingga sejak sebelum Paskah hingga hari ini, seluruh umat Katolik sedunia, melaksanakan misa dari rumah, melalui streaming internet atau siaran tunda.  Kami menerima komuni batin sudah hampir 2 bulan.
Kata romo, seperti keadaan umat Katolik awal dulu, yang harus beribadah sembunyi-sembunyi di bawah tanah dan menyimpan kerinduan besar untuk dapat menerima Ekaristi.
Vatikan memerintahkan demikian, maka semua greja Katolik sedunia akan melakukan hal yang sama. Kita diingatkan melalui corona ini, untuk menjadi taat pada gereja, taat pada pemerintah, seperti Yesus taat pada BapaNya.  Berat tapi harus dilakukan demi kebaikan bersama.
Diingatkan juga akan gereja Katolik yang satu, kudus dan apostolic.

Polusi berkurang sangat banyak, karena tak banyak kendaraan berlalu lalang.  Sudah lama tak meligst langit Jakarta berwarna biru. Biasanya kusam.  Tapi corona membuat kita menikmati langit biru bersih tak berawan.  Laporan dari NASA juga mengatakan lubang Ozon tertutup.  Ternyata bumi hanya memerlukan sedikit sekali waktu untuk menyembuhkan diri.  Hanya beberapa bulan saja, situasi alam berubah menajdi lebih baik.

Banyak pegawai yang harus bekerja dari rumah atau di berhentikan, karena perusahaan tak songgup lagi membayar gaji pegawai disaat gerak ekonomi terhambat.  Bekerja dari rumah dilakukan Dea sebelum Idul Fitri dan mas Agung hingga hari ini. Sepertinya menyedihkan, tetapi banyak hal terjadi dan hanya bisa terjadi kalau harus berada di rumah.
Mas Agung menemukan cintanya pada tanaman.  Hari-harinya dihabiskan mengurus anggrek, memecah-mecah anggrek, memperhatikan tanaman, dan semakin lama semakin bertambah banyak idenya. Sekarang malah belajar bikin kompos dari sampah rumah tangga.  Bonsai dan aku lagi menunggu minatnya pada hidroponik.
The garden is your kingdom, so rule it.....dan aku yang menikmati hasil indahnya saja....

Dea, mulai aktif lagi menyanyi, dan main musik. Sesuatu yang sudah lama sekali tak kulihat dia lakukan.  Dia juga yang urus Kliney.  Mudah-mudahan akan segera terkulik kemampuan lainnya.  masih ada menulis, fotografi, melukis yang menjadi kemampuannya belum terasah.

Tista, kesal dan gelisah karena harus menunda belajar. Melamar kerja tak mungkin.  Tak memiliki uang, tak bekerja dan tak belajar.  Dia mencoba untuk jualan kue.  Cheese cake dia pilih sebagai produk pertamanya.  Semua dia lakukan sendiri. Desain kemasan, desain sticker, desain iklan, foto, video, editing dan bikin kue dia kerjakan sendiri.  Termasuk meneliti ongkos kirim dan menjadi operator pengiriman.  Thanks to Go Jeknya Nadiem Makarim lagi.  Tanpa Go Jek tak kan terjadi julal menjual kue.  Dia hanya membatasi seminggu sekali pengiriman, tiap Kamis.  Animonya lumayan bagus. Ada yang ulang pesan lagi.  Aku membantunya cuci alat masak, cetak kue, dan jadi teman tukar pikuran jika terjadi kendala.  Tanpa sengaja juga mengajak eyangti Yuli dan pak Heno untuk lebih akrab dengan fasilitas kirim pada aplicais Go Jek, karena Yangti dan pak Heno yang bertemu dengan supir Go Jek dan memberikan barang sesuai alamat pemesan.
Aku lagi merayu Tista untuk jadi youtuber bareng aku.....hahahahahahahaha.....
Senang dia punya yang walau harus di rumah.

Ternyata menjadi produktif dari rumah itu bisa koq.....ya gak Tis.

Aku juga mulai mencoba mengajar online Patchwork. Untuk pemula dan khusus anggota Jalasenastri dulu. Entah pengalaman dan pelajaran apa yang akan kudapat nanti.  mari kita mulai saja langkah bayi ini.

Idul Fitri tahun ini, juga tidak seperti tahun-tahun lalu. Tidak ada kunjung-kunjungan. Sholat Ied dilakukan di rumah, dengan imam kepala keluarga masing-masing.  Aku pikir ini baik.  Para bapak dipaksa untuk menjadi pemimpin keluarga yang baik dan benar, agar apa yang dikhotbahkan sesuai dengan apa yang dilakukan.  Cara Tuhan memaksa para bapak untuk tidak bersikap semaunya, seadanya, seperlunya,  Para bapak dipaksa  untuk berusaha keras tampil sempurna dalam pikuran, ucapan dan tingkah laku.
Bagaimana bisa bapak berkhotbah untuk disiplin jika diri sendir tak disiplin ? Anak dan istri adalah orang yang paling dekat dan paling kenal.  Terhadap orang-orang terdekat tak mungkin kita bisa bicara tanpa bukti. Serangan bisa datang bertubi-tubi. hehehehehehehhe......

Corona membawa berkah dan berakt tersendiri.  Membawa pelajaran dan perubahan yang harus mampu kita lakukan.


Read More
Be the first to comment!

Sababay Wine

Widya | Saturday, September 29, 2018 |



Suatu sore mas Agung tanya, "honey mau ikut gak, diundang makan sama Bank Mandiri."
iih makaan...ya ikut dong, kalau undangna naik sepeda gak ikut, kecuali roda tiga sepedanya.
Tapi karena hari Minggu kami ke gereja dulu, misa jam terakhir di St Yoseph, Pontianak.  Sebetulnya pulang gereja itu sudah malam buat makan, jam 21 kita baru selesai misa.  mana perutku mendadak mules pula, harus pulang dulu bertapa.  Sebelum berangkat mas Agung nanya dulu, masih pada nunggu enggak.



Ke hotel .....lupa namanya. Naik ke lantai 4, langsung masuk di club dengan suara house music dan DJ kencang sekali.  Aku gak terlalu suka club house music, suaranya keras dengan musik apa itu gak jelas, yang enak di klub seperti ini hanya acara minumnya saja hahahahhaha......  Aku sama mas Agung biasanya ke klub seperti ini kalau ada undangan manten di Surabaya dan kebetulan ketemunya sama teman-teman yang suka clubbing, abis pesta masuk kamar, ganti baju copot sanggul, turun lagi clubbing. Kami pernah sampai jam 4 pagi clubbing, rasanya sudah kangen bantal, tapi ini regu masih pada mau makan nasi cumi pinggir jalan.....alamaaak....kagak lapar eike tapi ngantuuuuuk.  Mana tahu itu nasi cumi paling terkenal sak Surabaya enak apa enggak,....mata sepet.

Back to acara undangan Bank Mandiri, ternyata ada kenalan baru buat kita berdua.  Mas Yohan Handoyo dari Sababay Wine. Surprise betul.....
Beberapa hari lalu dapat kiriman WA grup yang mengabarkan kalau Indonesia sudah punya wine unggulan dari Bali, yang sudah memenangkan beberapa kejuaraan internasional.  Di dunia perlidahan, yang namanya juara wine atau juara kopi atau juara bir, itu pasti betulan spektakuler, karena lidah para juri-juri itu betul-betul sensitif, gak kayak lidah standart kita yang hanya bisa merasakan manis, asem, asin, enak dan gak enak saja.  Lha diantara berbagai kopi aja mereka para ahli kopi itu bisa tahu mana yang enak dan gak enak....padahal kopi itu dicicip tanpa campuran, dikulum dilepeh,.....kalau aku sih pasti bilang pahit semua.
Kenalan dengan orang besar yang masih muda dari perusahaan kebanggaan Indonesia, jadi kesempatan untuk wawancara tentang Sababay.  Seperti biasa aku selalu gak tahu tapi selalu kagum dengan orang-orang berprestasi.  Setelah ngobrol lama dan tukar akun IG, baru tahu kalau mas Yohan ini salah satu ahli wine (sommelier) Indonesia yang disekolahkan ke Perancis atas promosi bapak William Wongso.  Manalah aku tak tahu master gastronomi William Wongso, satu dari sangat sedikit expert kuliner tingkat atas Indonesia dan ahli wine.  Dan sekarang malah kenal, ngobrol dan ketawa-ketawa dengan sommelier Indonesia yang dikenal di dunia.
Indonesia gak punya banyak ahli wine, karena minum wine bukan bagian budaya bangsa ini.

Sababay, diambil dari nama teluk Saba di Bali, dibaca Saba - bey....asal muasalnya bisa dibaca di web lokal rasa internasional http://sababaywinery.com/our-story
Secara garis besar  awal winery ini ada, karena rasa prihatin seorang wanita terhadap nasib petani anggur Bali.  Rasa asem anggur Bali sudah sejak dulu terkenal, sehingga anggur ini berharga murah, hanya 5000 rupiah per kilo dan hanya dipakai untuk kelengkapan sajen saja.  Petani tanam susah payah, tapi harga jual super murah, miskin seumur hidup walau sudah berkeringat.  Ibu Mulyati Gozali yang peduli dengan nasib petani Bali berkeinginan membalik nasib petani Bali.  Kemuliaan dan janji Tuhan, menolong orang lain akan memberikan "kemuliaan" dan rejeki tak putus, bahkan rejekinya bukan hanya dinikmati petani Bali tapi juga bangsa Indonesia, yang saat ini sedang giat-giatnya memposisikan diri di dunia dengan berbagai cara.
Presiden Jokowi sangat mendukung kaum muda dan anak bangsa yang menciptakan apa saja untuk Indonesia Jaya.

Dari mas Yohan ini pula aku baru tahu kalau minuman beralkohol tidak boleh dipromosikan.  Waduh gimana ini mau ngetop di Indonesia ya?  Menurut dia, dengan mengadakan acara seperti makan malam tadi itu cara promosi di Indonesia. Ealaaah....berarti yang tahu hanya kalangan terbatas ya, hanya sesama penggemar wine saja.  Okelah,.....kalau gitu saya yang akan promosi di sosial media saya saja.....hahahahaha......
Mulai saat ini harus minum wine lokal dan promosikan sebanyak-banyaknya.

Wine Sababay dengan 6 jenisnya, kemarin diperkenalkan 3 rasa, 2 jenis Red Wine dan 1 jenis White Wine karena aku makan udang.  Menurut mas Yohan white wine membuat rasa ikan lebih manis, tapi red wine membuat rasa udang jadi pahit tidak enak.  Waktu dia tanya suka white apa red ?, aku jawab semua suka. Mau red atau white libaaaas......mungkin dalam hati dia bilang.."wah ini mah kagak paham wine, asal tenggak aja"  hehehhehehhehehehe....iya sih mas, saya cuma tahu enak dan enak sekali, manis dan sepet.  Sepet aja diminum, apalagi manis, pasti diminum dengan pujian.....


Kabar keren lagi dari Sababay, anggur misa di gereja Katolik akan didukung dari winery teluk Saba Bali....wuiiih keren.  Sekali lagi Tuhan memberikan kemuliaan bagi orang yang memikirkan dan berbuat untuk  orang susah.  Mudah-mudahan akan menjadi anggur misa seluruh gereja Katolik di dunia.

Sukses buat mas Yohan Handoyo, sukses buat Sababay, sukses buat Bali dan sukses untuk Indonesia Satu  (yang belakangan agak kampanye, karena 2019 thn depan pilpres dan Joko Widodo memegang nomo urut 1 😁😁😁)
Read More
Be the first to comment!

Just A Thought For My Angels

Widya | Friday, September 28, 2018 |
Bergabung bersama dalam grup belajar online itu sungguh dunia yan indah, bahagia dan rame.  Hampir semua memiliki cerita yang mirip-mirip, tak kan kita merasa sendiri...

Memilih kain, hampir semua galau saat memilih warna kain, semua nampak indah dan ingin dipakai tapi tahu tak mungkin.  Dan semua tak mau melibatkan suami karena selera warna berbeda.....bisa-bisa acara pilih kain menjadi ladang pertengkaran dan diskusi panjang yang menurunkan mood.

Hampir semua juga memilih untuk menjahit saat suami tidur nyenyak dan lega kalau suami jauh bisa puaaaas di mesin jahit seharian, karena hampir semua suami juga ngajak ribut cemburu dan bersaing dengan kain dan mesin jahit.....
Andaikan suami mau gabung jahit mungkin lebih indah ya....hahahahahahahaha

Mas Agung juga sama, dia sih tidak protes terang-terangan, tapi selalu buka pintu kamar dan berkata, "masih disitu juga...seharian di depan mesin ?"
Sebal deh.  Kesannya kegiatan bagus begini koq masih diprotes juga.
Tapi aku beruntung punya suami yang sabar dan pengertian, asaaaaaal aku mau kasih pengertian yang panjang....hehehehehehe

Satu hari harus dilewati dengan karya yang bermutu dan bermakna.  Prinsip yang kubuat untuk diriku sendiri.  Bisa saja sesuatu yang bermaksna itu membaca buku bagus, membuat aneka karya bagus, menulis di blog atau sosial media, atau belajar sesuatu yang baru. Andai aku pergi keluar rumah, acara pergi itu harus membawa sesuatu yang bermakna, bukan hanya sekedar makan dan jalan-jalan menghabiskan waktu, maka pergi ke tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi menjadi ajang belajar, bertemu teman-teman baru akan kuisi dengan "wawancara" kecil, menggali apa saja yang mereka miliki.  Untuk sekarang, menjahit adalah kegiatan yang aku cintai.  Berkarya setiap hari membuat tidurku nyenyak karena merasa sudah melewati hari dengan produktif dan menyenangkan.  Jalan-jalan ke mall atau nonton TV akan membuatku tak nyenyak tidur, menyesal karena satu hari lewat tanpa karya berarti.

Melihat karya indah yang aku hasilkan memberikan kepuasan namun sekaligus sedikit penyesalan karena tak kulakukan sejak aku masih berusia lebih muda.  Seakrang terasa seerti berpacu dengan waktu.  Usia yang semakin tinggi juga memberikan kesadaran bahwa tubuh manusia akan perlahan kehilangan kemampuan primanya.  Aku ingin sebelum aku tak mampu lagi melihat lubang jarum, aku sudah menghasilkan banyak karya indah dan berbagi ilmu dengan orang lain.
Catatan penting untuk bidadari mama, pakailah usia muda dan energi yang banyak untuk menghasilkan karya dari semua bakat dan talenta yang kalian punya, sebelum semuanya terlambat dan tersisa penyesalan.
Adek Tista mewarisi banyak bakat mama, ayo nak gerakkan semua potensimu, jangan habiskan waktu untuk berhaha hihi dengan gawai (gadget).  mama masih bisa mengajarkan dan manfaatkanlah sayangku.
Mbak Dea mewarisi banyak bakat papa yang dulu papamu tak punya kesempatan untuk mencapai puncaknya, ayo mbak asah terus, bermusiklah sampai mencipta lagu, desainlah gambar untuk dikerjakan adikmu dengan media apa saja, kalian berdua bisa kolaborasi dengan semua bakat dan talenta yang Tuhan beri.

Read More
Be the first to comment!

Gypsi Wife

Widya | Friday, September 28, 2018 |
Suatu ketika buka FaceBook, melintas postingan mbak Tarti Soeparwoto tentang kelas online patchwork dengan Gypsi Wife.....naah ini dia yang kutunggu. Mbak Tarti seorang quilter dan seniman patchwork yang luar biasa.  Karya-karyanya unik di mataku, aku bisa tahu hasil karya mbak Tarti jika dijejerkan dengan karya quilter lain.  Warna dan desainnya khas, mungkin juga pemakaina bahan batik menjadi ciri khasnya.  Yang jelas hasil karya mbak Tarti itu nyeni dan eyecatching.  Beberapa karyanya malah desain sendiri dari koleksi foto pribadinya.  Memindahkan foto jepretan sendiri ke kain itu sesuatu yang wow banget, tak kan disamai orang lain.  Suatu hari nanti siapa tahu mbak Tarti mau menularkan ilmunya ini....ngareeeep lagi.  Betul-betul seorang master.

Belajar pada seorang master selalu ingin kulakukan, sayang mbak Tarti jauh di Pekan Baru, dengan posisku yang mengikuti suami bertugas menajdi sulitlah untuk diriku belajar pada cik gu yang super ini.  Sampai aku melihat postingan belajar online itu.  Aaaaah ini namanya pucuk dicinta ulam tiba.  Aku memutuskan saat itu juga harus ikut.  Ternyata setelah mbak Tarti pindah ke Jakarta, mbak Tarti ingin tetap menjalin hubungan dengan murid-muridnya di Pekan Baru, dan calon murid sepertiku ini kebagian rejeki belajar pada sang guru.  Terimakasih Tuhan karena menggerakkan mbak Tarti tinggal di Jakarta 😃😃😃.

Gypsi Wife Patchwork menjadi pelajaran patchwork perdanaku dengan cik gu Tarti.  Teman-teman yang belajar di grup yang sama semua sangat berbakat dan pintar-pintar.  Bukan hanya dari cik gu aku belajar, tapi juga dari teman-teman sesama murid yang mungkin malah sebagian besar mereka juga sudah master..... Guruku banyak dan ilmuku jadi banyak juga.

Bahan untuk Gypsi Wife ini aku siapkan sendiri, aku beli dari Bali Batik Iki, karena kata cik gu wanita Gypsi itu berani menabrak-nabrakkan warna, maka jadi kesempatan untukku pakai semua warna yang aku suka.  Toh karya perdana ini akan jadi koleksiku kan.  
Pola Gypsi Wife diberikan setiap hari satu block. Dan dalam satu bulan sudah jadi karya patchwork seukuran tempat tidur.....betul-betul spektakuler untukku, karena ini karya terbesar pertamaku.
Melihat hasilnya aku heran sendiri, ternyata kalau mau, aku bisa bikin karya segede ini dalam sebulan.  Langsung ada penyesalan kenapaaaaa tidak dari muda saja, kemana saja aku dulu....sekarang rasanya aku harus berlomba dengan umur untuk bisa bikin karya-karya besar seperti ini.  Mudah-mudahan mabk Tarti dan teman-temanku sehat semua, aku sehat juga dan kita tetap bisa menjahit bareng sampai rambut kita tak tersisa hitamnya.


Read More
Be the first to comment!

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan