Loading

Golden Anniversary

Widya | Friday, June 08, 2018 |
27 Juli 2017

Wedding anniversary papa Sam dan mama Yuli. Perkawinan emas papa dan mama kami rayakan di R2R, Pasar Minggu.  Sungguh kami bersyukur karena papa mama bisa merayakan perkawinan emas dalam keadaan sehat dan bahagia.

Perkawinan adalah sekolah kehidupan, yang baru mengenal kata lulus bila keduanya sudah tutup usia.  Sekolah dimana setiap penghuninya belajar untuk bertenggang rasa, saling mendukung, mendoakan, menumbuhkan kebiasaan baik dalam berpikir, berkata dan bertindak.  mendidik, mengasuh dan membesarkan generasi-generasi baru yang akan membawa nilai-nilai kebenaran dan welas asih kepada dunia baru.

Papa adalah laki-laki yang berpikir luas, memakai lógika dan data menyampaikan logikanya kepada orang lain dengan cara yang mudah dimengerti.  Pria yang sabar dan penyayang.  Papa selalu mengajarkan welas asih dan kesederhanaan dengan contoh.  Dengan pangkat terakhir sebagai Brigadir Jendral di masa keemasan Angkatan Darat Orde Baru, papa adalah tentara sederhana.  Belau bilang kita diajarkan untuk berdoa "berikanlah kami rejeki secukupnya", maka tugas kita sebagai manusia adalah berdoa setiap hari supaya cukup.  Tidak memiliki hutang yang membebani pikiran di masa tua.  Papa juga ayah yang rela berkorban bukanlah sekedar kata-kata.  Tak peduli lelah karena bekerja, papa selalu menjemputku pulang kerja tengah malam.  Bahkan di usia 70 papa selalu tampil pertama menawarkan diri untuk menjemput dan mengantar cucunya.  Gelisah kalau cucunya belum pulang ke rumah.  Tetap terjaga dan baru bisa nyenyak tidur bila semua orang sudah di dalam rumah. Hidup haruslah dihitung mbak.....kapan mau menikah, kapan mau bekerja, kapan mau punya anak, kapan pensiun.  Jangan asal mengalir, sudah mau pensiun anak-anak masih kecil itu memberatkan.
Papa juga yang mengajarkan, membesarkan anak-anak itu harus memperhatikan kejiwaan anak-anak bukan materi.  Aku ingat ketika menabrakkan mobil sampai rusak berat, pertanyaan papa yang pertama, "kamu masih berani nyetir mbak?", papa tidak mempedulikan mobilnya yang penyok.  Kata beliau bisa diperbaiki, tapi memperbaiki mental surpaya percaya diri lagi itu sulit.

Papa juga suami siaga.  Di usia pensiun papalah yang memasak, katanya "mama sudah masak puluhan tahun, sekarang giliran papa.." Waktu Dea lahir, aku ingat papa yang tiap hari mengantarkan ASI ke kamar bayi.  Olahraga di rumah sakit, karena tidak mau meninggalkan istri, anak dan cucunya sendiri.  Selalu berupaya membantu.  Kata mama, harga dirinya juga tinggi.  Awal pernikahan selalu berkelahi kalau ibu mertuanya mengirim makanan ke rumah. Lucu ya.......

Mama, wanita mandiri yang mengajarkan kami untuk menjadi wanita yang berani dan selalu mau mempelajari banyak hal.  Dalam banyak hal, mama adalah sosok  yang dapat kami andalkan.  Selalu bersemangat belajar hal baru.  Penolong dan pendoa yang setia bagi suami dan anak-anaknya.  Perawat yang teliti dan cerewet.  Sejak papa sakit jantung, mama yang selalu memaksakan diet dan menyiapkan obat.  Mungkin kalau mama lemah dan malas berantem, papa tak akan sesehat sekarang. Mama juga wanita yang tahan sabar dan mau berpayah-payah berupaya membantu orang lain, mendengarkan kebawelan dan kenyinyiran orang lain.
Kata mama, dalam pernikahan jangan takut untuk berkelahi, beradu argumentasi, karena disitu penyesuaian untuk mencapai kedudukan yang setara.  Dan ternyata ajaran mama ini aku dengar lagi di kursus Marriage Encounter.  Setiap orang memiliki batas sabar.  Yang terbaik adalah mengkomunikasikan semua masalah, tidak memendam masalah.  Karena memendam masalah dengan bersikap menerima, ibarat menumpuk magma di perut bumi, tinggal tunggu waktu untuk meledak saja.

Kepribadian papa dan mama yang berbeda itu membuat mereka berdua menjadi pasangan yang awet, dan menjadi panutan kami dalam berumah tangga.  Tekad mereka berdua untuk saling membantu, mendengar, dan mendukung membuat papa dan mama mampu mencapai perkawinan emas dengan keadaan sehat dan gembira.  Sesuatu yang bukan biasa-biasa saja dan layak dirayakan dengan ucapan syukur kapada Tuhan YME karena telah mengijinkan dua orang hebat menjadi orangtua dan panutan kami.

Happy anniversary pa, ma.....love you both always.
Read More
Be the first to comment!

Sulungku ikut Pageant

Widya | Friday, June 08, 2018 |
September 2016

 Sudah agak lama sebetulnya peristiwa ini, hampir dua tahun lalu.  Inget banget Dea minta ijin untuk ikut pemilihan MrMs LSPR, putri kampus kalau jaman dulu.  Dia bilang ingin tahu aja ma.  Dia tabu betul aku tak terlalu suka dengan lomba-lomba yang menjual kecantikan dan keunggulan fisik.  Lomba yang akan diikuti oleh orang-orang yang tak sempurna fisiknya.  Untukku perempuan harus dilihat sebagai pribadi yang utuh, sejajar dengan kaum pria, teman diskusi yang menyenangkan.  Dan anak-anak perempuanku sangat aku harapkan menjadi wanita yang berisi, tidak saja cantik fisik namun juga cerdas dan berkarakter baik.  Cantik luar dalam.

Saat itu  aku ijinkan karena Dea bilang teman-teman dan dosennya mendukung dia.  Tapi aku bilang, jaagan mengunggulkan fisikmu, persiapkan diri lebih baik di sesi tanya jawab bukan di semi lenggak lenggok.  Sempat marah-marah, karena dia harus menurunkan berat badannya banyak sekali, aku tidak mau dia konsentrasi pada bentuk tubuhnya yang sudah baik secara berlebihan, aku mau dia sehat dan memiliki wawasan cantik yang seimbang.  Sempat aku ancam, kalau dia masih sibuk memikirkan bentuk badan, aku akan datang ke kampusnya untuk meminta pencabutan dirinya di acara tersebut.  Belum lagi pulang larut malam hampir setiap hari.  Bikin emaknya ketar ketir.....Mungkin Dea juga stress karena harus mengikuti semua aturan kampusnya tapi juga menghadapi emaknya yang selalu siap perang.  Sahabat Dea yang menjadi ketua panitia juga aku kirim ceramah, untuk memperhatikan waktu, supaya teman-teman perempuannya tidak mengalami hal-hal yang buruk di jalan akibat pulang larut malam.  Buki kalau ketemu aku selalu berusaha menghindar......hahhhahahahahaha.....dia kira mungkin aku tak tahu.
Dea selalu bilang, semua di kampus sudah kenal mama....😂

Di babak semifinal, aku nonton mereka beraksi.  Masing-masing mempertunjukkan kelebihan yang dimiliki.  Ada yang menyanyi, menari, memanah, pidato, presentasi membuat kopi, dan lain-lain.   Dea tampil paling santai, celana jeans dengan kemeja kotak-kotak yang sering dipakainya terikat di pinggang, menyandang gitar.  Hehehehehehe......anak ini percaya dirinya besar.  Dia hanya meminta yang memang dia tidak punya, seperti sepatu dengan heel 12 cm.  Selebihnya dia memakai yang dia punya. Mental baja.
Tapi yang membanggakan di sesi tanya jawab, dia menjawab lancar dalam bahasa Inggris, hampir sepanjang lomba dia berbahasa Ingeris.  Jawabannya tidak memutar, tidak mengada-ada dan jelas.

Di babak selanjutnya, aku yakin dia akan masuk di babak akhir, karena di sesi tanya jawab, saingannya hampir tidak ada.  Rata-rata tidak lancar menjawab dalam bahasa Inggris dan kemudain mengubah ke bahasa Indonesia dengan jawaban yang berputar-putar.
Dan sebagai ibu aku lebih suka dan bangga di sesi yang memperlihatkan isi kepala dan keluasan wawasan.

Dea tidak memenangkan kejuaraan, walaupun masuk di lima besar.  Tapi untukku dia juara kami.  Lomba-lomba seperti ini jarang yang bersifat adil, lebih banyak menyesuaikan selera juri dan mungkin juga pesanan.  Tapi babak tanya jawab tidak bisa dicurangi, karena semua mendengar pertanyaan dan jawabannya.  Ada salon pemenang yang menurutku lebih cocok jadi juaranya tapi ternyata tidak dapat.  Dan yang menjadi juara Mr  menurutku tidak cocok.  Untuk juara Ms bagus tidak ada kritik.

Pengalaman untuk bidadari kami.  Dan kami semua bangga karena Dea tampil cantik sekali.
Read More
Be the first to comment!

Cerita Seru Jalagita sepanjang April dan Mei 2018

Widya | Friday, June 08, 2018 |


April 2018 adalah bulan tersibuk untuk Jalagita.  Diawali dengan tampil di HUT Dharma Pertiwi tanggal 17.  Ini kali ketiga kami tampil di acara puncak HUT Dharma Pertini, dengan ibu ketua umum Dharma Pertiwi yang baru, ibu Nani Hadi Cahyanto.  Sebagai satu-satunya wakil dari unsur Jalasenastri, kami bertekad untuk tidak tampil memalukan.  Dan hasilnya kami mendapatkan kesempatan untuk tampil kembali di Istana Bogor dalam rangka hari Kartini tanggal 21.  Ibu Nora Ryamizard, ketua panitia hari Kartini Nasional yang juga adalah istri menteri pertahanan di kabinet Kerja presiden Joko Widodo, yang meminta kami untuk tampil bersama tim Orchestra TNI AL.  Kami takin AL dan Jalasenastri sangat banaga, karena tim orkestra dan kolintangnya menjadi satu-satunya hiburan di Istana.  Kami bermain bersama mengiringi peragawati dari TNI Polri.

Seusai tampil kami mendapatkan kesempatan yang membahagiakan,.......berfoto bersama presiden Joko Widodo dan ibu Irina.  Lucu kejadiannya.  Saat itu kami belum beranjak pulang karena masih ingin betfoto-foto di sekitar istana  Tak sengaja aku menoleh ke ahah istana, dan tampak presiden kebanggaan Indonesia sedang berfoto dengan istri-istri menteri Kabinet Kerja.  Otomatis, aku berbalik dan melambai-lambaikan selendang minta foto, mau maju tapi dilarang paspampres....tapi tak mau menyerah aku teriak-teriak....paaak.....paak.... dan ibu Yudo ikut juga berteriak-teriak.....diingatkan oleh Ketua Umum Jalasenastri ibu Ade Supandi, untuk tidak berteriak-teriak, tapi kami bandel.....hahahahahahha......akhirnya presiden memberi kode untuk berbaris di depan beliau.....wuuuiiiih langsung lari secepat kilat diikuti anggota Jalagita, ibu Yudo Margono, ibu Ade Supandi, ibu Ari Atmaja, ibu Chiko Irawan, mbak Widi, Kiki Denni Hendrata, Yuni Iwan.......hahahhhahahahha......lupakan status, yang pending bisa foto dengan Presiden di Istana Bogor.
Melihat kami bisa berfoto dengan presiden, tim orkestra juga tak mau kalah, mau ambil posisi menggantikan tempat kami.   Hari yang tak kan terlupakan untuk Jalagita.

Aku sempatkan untuk pulang ke Pontianak sebentar, karena ketua usum Dharma Pertiwi akan berkunjung ke Pontianak.  Tapi baru turun dari pesawat ada pesan masuk untuk segera kembali ke Jakarta besok pagi karena Jalagita harus rekaman, perintah KSAL.  Aduuuuh.....langsung malam itu juga mengumpulkan kasi-kasi dan waket Korcab XII di rumah, untuk membicarakan persiapan apa såja yang perlu dilakukan.  Sampai jam 0100 dinihari, rapat selesai.  Dan sudah diputuskan oleh ibu Waketum, ibu Ina Taufiqurahman bahwa ketua daerah Armabar ibu Yudo akan berada di Pontianak selama kunjungan Ketum Dharma Pertiwi.  Mungkin sepanjang sejarah ya baru ini ada ketua Korcab digtntikan Ketut Daerahnya.  Mohon maaf ya mbak Vero.....bukan maksud hatiku.   Terimakasih banyak mbak Vero.  Aku sungguh beruntung memiliki senior-senior yang sangat memahami dan mau membantu.  Kunjungan berlangsung sukses, dan ketua Daerah juga happy karena anggota Korcab XII semua siap.  Terimakasih ya ibu-ibu sayang.  Thanks to my love too for supporting me.

Kembali ke Jakarta pagi hari dengan pesawat jam 0600, badan sudah mulai merasa tidak nyaman. Batuk, pusing dan demam.  Dari bandära langsung menuju Cilandak untuk latihan.  Kami hanya punya hari ini saja untuk latihan, sebelum besok rekaman di kantor PP.  Agak santai karena rekaman kami tak perlu menghafal semua lagu, bisa melihat partitur, walau begitu pukulan tetap tak boleh salah.

Rekaman berjalan lancar, walau kepala terasa berat dan demam masih tak mau pergi. Dari semula hanya 10 lagu, kami teruskan sampai 13 lagu  yang sudah menjadi koleksi Jalagita.  Pukul 1830 rekaman selesai.  Rencananya rekaman ini akan menjadi isi goodie bag saat pisah sambut KSAL.  Sungguh suatu kehormatan untuk Jalagita.

Dari rekaman, tak lama berselang kami harus mengisi acara Navy Gathering and Dinner, Tribute for Admiral Ade Supandi.  Kami memainkan tiga lagu, Mojang Priangan, Wanita dan Yamko Rambe Yamko dengan koreografi yang rancak.  Sayang sound system tak  begitu bagus, sehingga makantar/penyanyi tak bisa mendengarkan kolintang, terasa seperti susul-susulan.  Begitu juga makantar menyanyi dengan suara yang kadang keras kadang pelan.  Dengan tamu seluruh perwira Angkatan Laut dari seluruh Indonesia sungguh sayang tak bisa tampil maksimal karena sound system kurang baik.

Masih berlanjut dengan penampilan di kantor PP , karena ibu Ketum Jalasenastri mengundang ibu Ketua Umum Dharma Pertiwi,  Ketua Umum Persit KCK, Ketua Umum Pia AG untuk meresmikan museum Bintarti dan gedung Jala Kriya.  Dua lagu baru Balada Pelaut dan Don't  Forget To Remember.......ini penampilan paling kocak selama karier Jalagita.  Lagu Balada Pelaut, 7 pemain semua hilang ketukan, hanya bass dan melodi satu bermain lancar.  Kami semua saling melihat dan senyum selebar mungkin, geli karena kami betul-betul tidak paham bagaimana harus memukul alat kami.  Ternyata kalau ada pemain yang salah tempo dan ketukan, pemain lain tak akan mendapatkan ritme yang pas walaupun kuncinya hafal.  Betul-betul aransemen mantap pak Boy sang maestro.  Yang bikin lucu lagi, makantar tak menyadari bahwa pemain di belaag mereka tidak memukul dengan benar....hahahahahhahahaha
Di lagu kedua giliran makantar seperti penyanyi sakit gigi, masuknya ragu-ragu, ucapannya tidak jelas, karena lagunya tidak hafal.  Pemain ?  ooooh mulus .....semua notasi terpukul dengan baik.

Penutup kegiatan Jalagita sepanjang April - Mei 2018 adalah tampil di acara memorandum Ketua Umum Dharma Pertiwi tanggal 25 Mei 2018.  kami hanya memainkan satu lagu "Wanita" ciptaan Ismail Marzuki, yang kami mainkan dengan manis sebagai kado penutup bagi Ketua Umum Jalasenastri yang akan melakukan serah terima jabatan kepada ketua umum baru ibu Manik Siwi Sukmaaji





Read More
Be the first to comment!

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan