Loading

Galau dan Jawaban Anak Remaja

Widya | Sunday, October 29, 2017 |
Lama tidak menulis karena banyaknya kegiatan dan kemauan....

Tista, akhirnya diterima di Akpar NHI dan sekarang sudah di semester tiga yang merupakan semester magang.

Ingat cerita lalu, saat dia tidak diterima di dua kali tes penerimaan STPB dan lalu diterima di Akpar NHI.  Kala itu aku tanyakan mengapa dia bisa gagal di sekolah pertama dan bisa berhasil di sekolah lainnya, padahal cara masuk dan bidang yang diinginkan sama.  Jawabannya lucu sekali, "aku salah berdoa ma." 
"maksudnya bagaimana dik?"
"iya, aku kan novena, di doa novena itu aku selalu minta masuk NHI, aku pikir sama aja kan."
"lho kenapa kamu gak minta masuk STPB?"
"susah penyebutannya, kepanjangan juga."
"nah sekarang adik tahu kan kalau berdoa tidak bisa asal-asal."
"iya....aku paham."

Berjalannya waktu dia sangat menikmati proses belajar dan berteman. Tak terasa sekarang sudah semester tiga.  Saat akan magang, dia mengatakan ingin magang di Kempinski.  Tapi aku mengatakan dia harus berusaha magang di Ritz Carlton.
"Tapi ma, akta teman-teman dan senior-seniorku, magang di Ritz itu kerja rodi."
"adek, orang yang mengatakan kerja rodi itu pemalas, magang hanya digunakan sebagai syarat kuliah saja. Kalau orang yang ingin belajar dan mendapatkan banyak pengalaman harus bekerja di tempat yang sangat sibuk.  Tinggal tergantung bagaimana cara kita berpikir saja."
"Ritz itu hotel mahal, hanya orang kaya yang bisa bayar, dan orang kaya tidak memiliki permintaan standart.  Mereka selalu minta yang aneh-aneh dengan kualitas wah, karena bisa bayar.  Magang di termpat seperti itu kamu akan kaya ilmu, kaya pengalaman.  Capek bukan alasan. Lama kelamaan kamu akan menikmati dan senang disana."
Akhirnya memang si bungsu ini berhasil mendapatkan tempat magang di Ritz Carlton Pasific Place.
Karena bekerjanya fisik dan berdiri berjam-jam, maka sangat lelah kalau dia harus pulang berjam-jam ke Cibubur.  Tista kost bersama temannya di Tulodong.  Hanya 7 menit naik gojek.

Minggu pertama dia magang, kembali dia mengeluh.
"ma, aku sepertinya salah jurusan."
"kenapa ? kamu capek?"
"bukan capek ma, kalau pekerjaanya panjang aku gak masalah."
"lalu apa yang membuat kamu berpikir kalau salah jurusan?"
"itu ma, aku gak pernah berhasil bikin coklatnya mengkilat, temperednya tidak pernah pas, susah sekali.  Pdahal aku sudah pakai trik yang mama ajarkan, tapi tetap kadang bisa kadang gak bisa.  Sering-sering sih tidak bisa."
"biasa dek kalau belum bisa.  Mentormu marah?"
"enggak, kak Desi gak marah, tapi aku merasa bersalah.  Aku jadi memperlambat kerja kak Desi."
"oalaaaaah malaikat mama.  Kamu itu magang nak, magang itu belajar.  Adek selama ini kan gak pernah bikin coklat secara profesional begitu.  Kalau masih ada salah tidak apa.  Koki senior itu menjadi master coklat perlu waktu lama dan belajar kemana saja.  Adek baru seminggu sudah ingin secanggih master coklat, ya tidak mungkin.  Cita-citamu baik tapi tidak bisa dicapai dalam waktu seminggu.  Semua itu perlu jam terbang untuk tahu pas dan tidaknya."
"satu lagi, kesan itu kamu berangkat belajar, bukan berangkat kerja.  Jadi belajarlah sebaik-baiknya dan sekeras-kerasnya.  Namanya belajar ya pasti akan menemukan kesalahan-kesalahan.  Hadapi saja dan tetap semangat."

Setelah hampir 3 bulan berlalu, dia kembali dengan senyum, "ma aku gak salah jurusan.  Aku senang disini.  Aku mau belajar lebih banyak lagi ma.  Nanti kalau libur aku les ya ma."
"beres sayang.  Mana mungkin mama suruh kamu kesitu kalau bidangnya tidak sesuai dengan kecintaanmu."

Hari-hari dipenuhi dengan kerja keras, bukan sering lagi over time, hampir tiap hari.  Tapi semua dia hadapi dengan senyum dan semangat.  Sekarang ceritanya selalu berwarna pelangi ceria.
"ma, aku saja yang diajak untuk outside catering"
"ma, kakak A ingin aku masuk bagian ini."
"ma, aku tadi hanya sendiri, tapi aku bisa, walaupun deg-degan takut salah."

Tapi ada lagi yang belum bisa terjawab sekarang....
"ma, aku gak mau kerja di hotel"
"lalu kamu mau kerja apa?"
"aku mau jadi youtubber saja."
"bidang food culinary dek?"
"iya....."
"oh oke...itu juga keren. Kerja di hotel hanya salah satu pilihan bukan the only option sayang."

Mari kita lihat kemana galau-galau itu akan terjawab sayang.
Read More
Be the first to comment!

Jalagita 2017

Widya | Friday, June 02, 2017 |
Suatu kali di awal April, aku mendapat telepon dari ibu waketum Jalasenastri, Ibu Ina Taufiqurahman.  Ibu teteh biasa beliau di sapa, meminta tim Jalagita 2016 untuk tampil di HUT Puncak Dharma Pertiwi tgl 18 April.  Kami hanya memiliki waktu 6x latihan untuk menyiapkan 3 buah lagu.  Aku langsung menghubungi setiap pemain untuk segera menyiapkan diri berlatih kembali.

Pada saat gladi bersih, dari 3 lagu yang sudah kami siapkan, hanya 1 lagu yang boleh dibawakan, dan diminta untuk menyiapkan 1 lagu lain.  Secepat kilat kami melatih lagu Aryati, yang sesungguhnya belum pernah kami mainkan dalam grup ini.  Hanya pemain dari Armabar saja yang pernah berlatih lagu ini.  Walaupun sambil ngomel, karena lagu-lagu yang boleh dan tidak boleh dimainkan seharusnya dikomunikasikan sejak awal, kami berusaha keras supaya tampil baik dan tidak memalukan Jalasenastri dan khususnya tidak memalukan kami sendiri sebagai juara pertama tahun lalu.  Akhirnya penonton pun terheran-heran, karena kami tampil maksimal dengan koreografi gerakan dan tarian pula.  Mereka pun akhirnya berkata ....."memang kalau pemain profesional itu beda ya....."๐Ÿ˜‚

Jalagita tahun ini beranggotakan ibu-ibu Jalasenastri dari wilayah Barat dan Timur sekaligus.  Sungguh komplit kalau hendak dikatakan mewakili Jalasenastri.  4 orang dari Armabar, 1 dari Pushidros, 2 dari Lantamal III Jakarta, 3 dari Pasmar 2, 2 dari Kodiklatal Surabaya.
Kali ini, komandan regunya aku, karena mas Agung sudah menjadi Pati.  Ibu Trusono sebelumnya adalah komandan regu kami, namun beliau sudah tidak bermain lagi, karena pak Trusono sudah menyandang pangkat bintang tiga.  Mungkin dianggap terlalu senior.  Anggota termuda kami hanya berselisih jarak 5 tahun dari Dea, lebih cocok jadi anak daripada rekan.....๐Ÿ˜†

Selesai menunaikan tugas tampil di Dharma Pertiwi, ibu teteh memberikan tugas baru mengikuti lomba kolintang piala Ibu Negara di Semarang.  Tugas yang kami terima dengan jantung berdegup kencang.  Konsultasi dengan pak Boy Makalew, pelatih kami bukan membuat kami tenang, malah semakin jantungan.  Bagaimana tidak ?  Pak Boy mengatakan, biasanya untuk lomba nasional seperti ini, persiapan 3 bulan, tapi kami hanya punya waktu kurang lebih 1 bulan sรฅja.  Pak Boy juga memiliki jadwal yang padat karena tim-tim binaan pak Boy juga akan mengikuti lomba dalam rangka HUT Jalasenastri.  Akhirnya pak Boy meminta koleganya pak Berty Rarun untuk membantu melatih kami.  Total waktu latihan kami hanya bisa berlatih 18 kali saja.  Setelah berjalan beberapa kali, kamipun merasa perlu bimbingan pelatih vokal, dan akhirnya Daniel Papilaya yang baru berusia 25 tahun menjadi pelatih vokal Jalagita.

Lagu wajib Ilir-ilir karya Sunan Kalijogo, menjadi tantangan sendiri.  Karena mayoritas pemain orang Jawa, kami menyadari, lagu ini tidak dapat dibawakan secara sembarangan.  Lagu yang berisi petuah dan memiliki daya magis ini kami mainkan dengan baik dengan koreografi gerakan yang manis dan sopan.  Aransemen lagu ini temakan waktu hampir 5 menit sendiri, maka untuk lagu pilihan Melati di Tapal Batas, hanya memiliki waktu sekitar 3 menit saja, karena kami dibatasi waktu tampil 9 menit untuk dua buah lagu.  Aransemen Melati di Tapal Batas juga ciamik, sayang waktunya terbatas, andai lebih lama, aku yakin pak Berty akan membuatnya lebih cantik lagi.

Latihan yang berlangsung setiap hari, membuat daya tahan pemain jatuh silih berganti.  Kami harus banyak berdoa dan berusaha untuk dapat memainkan aransemen yang bagus dan rumit.  Menjaga kesehatan, saling mendukung, saling melatih di pukulan-pukulan sulit, saling bersabar hati, saling mengingatkan pantangan masing-masing.  Ketatnya jadwal, meninggalkan anak-anak yang sedang ujian atau ulangan umum sungguh menguras emosi sebagian besar anggota tim, antara menjalankan tugas organiskas dan tugas mendampingi anak-anak di saat-saat pentingnya, membuat emosi naik dan turun.  Namun sebagai ketua tim, aku sungguh terbantu dengan karakter anggota tim yang positif dan ceria.  Tak ada hal yang tidak dapat kami diskusikan bersama.  Mulai dari membuat gerakan, memilih asesoris, merekayasa kostum, memilih menu makan dan lain-lain.

Kerja keras, dan kekuatan batin kami akhirnya berbuah manis.  Jalagita berhasil meraih juara pertama Kategori A dan berhasil merebut piala bergilir Ibu Negara dari juara bertahan Kemuning Putih dari Bea Cukai.  Selain itu, Jalagita juga berhasil meraih aransemen terbaik dari semua kategori.  Hadiah indah buat pelatih kami Pak Boy Makalew dan Pak Berty Rarun.

Video diunggah ke Youtube oleh pemain melodi Jalagita, Arba Joevita




Read More
Be the first to comment!

Akhirnya Kenal Infus Juga

Widya | Thursday, March 02, 2017 |
"Ma, aku demam, tapi demamnya hanya tiap malam saja." Dea berkata lemas pada Minggu malam.  Aku menempelkan tangan ke dahinya..."tapi gak terlalu panas mbak, kalau minum paracetamol nanti badanmu dingin.  Istirahat saja, kamu capek banyak kegiatan."
Esok malamnya, terulang lagi keluhan yang sama.
Selasa pagi aku berangkat ke Yogya sampai Kamis, karena aku menganggap demamnya hanya masuk angin saja.
Rabu malam, Dea kembali mengeluh demam dan ada benjolan di lehernya.  Aku memintanya ke dokter besok pagi dan dek darah.  Aku minta pak Heno, pengemudi di rumah kami untuk mengantar dan mendampingi Dea.
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, Dea kembali mengirimkan berita di whatsapp, kalau hasil tes darahnya thypus.
"oke mbak, kalau hasilnya seperti itu, mbak Dea gak bisa lanjutkan kegiatan hari ini.  Kamu ke kampus hanya untuk mengisi KRS lalu pulang.  Kegiatan lain kamu delegasikan ke temanmu saja."

Selama week end, Dea hanya istirahat saja.  Mas Agung menelepon temannya yang dokter untuk meminta obat. Kami tak membawanya ke rumah sakit.  Aku bilang ke Dea, kita akan ke rumah sakit, kalau Senin keadaannya belum juga berubah.

Minggu sore mas Agung pulang ke Surabaya. Aku tak mengantarnya.  Mas Agung pergi dengan pak Heno.  Dea semakin parah, perutnya terasa sakit.  Di rumah kebetulan  ada papa, mama, Ledy, Albert dan Alda.  Akhirnya kami semua memutuskan untuk opname saja.  Dibantu semua orang, aku menyiapkan semua keperluan menginap di RS cambial menunggu pak Heno datang.
Aku pikir, aku akan ke RS hanya dengan pak Heno saja, tapi ternyata semua juga mau ikut.  Jadilah kami berangkat dengan dua mobil.

Di perjalanan, aku mengabarkan ke mas Agung, kalau aku membawa Dea ke RS.  
Hujan yang sudah turun sejak Januari menemani perjalanan kami.  
Melewati Jagorawi, mendadak aku dapat ide untuk belok ke Cilandak saja, ke Rumah Sakit Marinir Cilandak. RSAL Mintohardjo terlalu jauh,  dan melewati wilayah ganjil genap di hari kerja akan menyusahkan kalau pak Heno harus mengantar sesuatu.
Perubahan rute mendadak ini mengakibatkan Albert tak sempat masuk jalur Cijantung.  Sorry ya Bet.๐Ÿ˜„

Karena kami tak membawa surat pengantar untuk BPJS, maka kami memilih masuk melalui UGD.  
"Mas, aku ke Cilandak. Mas bisa bantu untuk masuk ke RSMC, mungkin mas Wayan bisa kontak temannya di sini." aku mengabari lewat whatsapp.
Dea tak memiliki kartu berobat, karena memang tidak pernah berobat ke rumah sakit.  Siapa gitu ya yang suka pergi ke rumah sakit kan.
Tak lama kami sudah mendapat kamar di Paviliun Cempaka kamar V2.
Kamarnya besar, memiliki meja makan dan 2 sofa, kamar mandi di dalam.  TV besar dengan acara TV kabel.  Seperti apartemen.
Akhirnya pakai infus juga mbak.

Aku sudah membawa perlengkapanku selama menunggu, sulaman, buku, laptop.  Bersyukur aku punya hobi yang bisa aku lakukan dalam keadaan paling membosankan sekalipun.
Namun senjata pembunuh waktu ini tak membantuku saat masuk angin.  Hari Rabu pagi mendadak perutku melilit, diare dan muntah.  Waduh gawat banget kan, punya tanggungan ngurus orang sakit, malah ikut sakit.  
Aku wa mama, tanya obat apa yang bisa meredakan perutku.  Mama sudah seperti apoteker di rumah,  mungkin karena terbiasa mempelajari keluhan penyakit dan obat yang diminum.
"Pankreoflat, neuroboon dan mylanta mbak.." wa mama.
Resepnya manjur. Sore perutku sudah enakan.

Satu hal yang lucu, karena badannya gak enak, nafsu makannya juga turun.  Akhirnya porsi makan menu rumah sakit tidak pernah habis.  
Sayang kalau dibuang, akhirnya setiap menu makanan datang langsung aku bagi dua.  Separo untukku, dimakan dengan sambal Roa kiriman mbak Helen.....rasanya ya enak saja.
Sorry ya mbak mama makannya pakai sambel.....hehehehehehe
Mungkin nanti aku juga jadi langsing, karena makan bubur terus.

Ayo mbak....berjuang biar cepat pulang kita.  Nanti langsung creambath, refleksi dan makan enรฅk ya mbak.  Tapi sehat Ndulu.







Read More
Be the first to comment!

Berteman Di Sosial Media

Widya | Wednesday, February 15, 2017 |
Pilkada DKI 2017, rasa pilpres.  Ada ratusan pilkada tahun ini, tapi hanya pilkada DKI yang paling menyedot perhatian.  Bahkan penduduk yang tak memiliki KTP DKI dan melaksanakan pilkada di daerah masing-masing malah memperhatikan debat salon gubernur DKI dan lupa  memperhatikan calon pemimpin di wilayahnya sendiri.  Dari percakapan wa grup, malah ada yang cerita, peserta pilkada di wilayah Jawa Tengah menanyakan foto Ahok yang tak ada di lembar pemilu.   Sema gara-gara Ahok.....๐Ÿ˜Š

Di sosial media dan grup-grup chatting topik pilkada DKI menjadi topik favorit.  Masing-masing pendukung menuliskan alasan-alasan sendiri. menyerang kelompok lain.
Pilkada DKI membuka semua topeng, menunjukkan wajah asli setiap individu.  Sikap ramah, sopan, toleran, cerdas, berwibawa, semua luntur.  Tak ada yang tahan untuk tetap bertahan dengan topeng masing-masing.  Ada yang membuka topengnya dengan garang, ada yang membukanya dengan malu-malu tapi tetap bisa ditangkap maksudnya.....

Untukku, pilkada ini membantuku melakukan seleksi pertemanan.  Bukan Ahok yang menjadi dรฅsar pemilihan teman, tapi logika berpikir, keluasan wawasan, kewarasan otak menjadi dasarnya.
Berteman di sosial media, baik pernah bertemu atau tidak pernah bertemu di dunia nyata harus membawa kebaikan dan keuntungan untukku.  Untung bukan handa berarti finansial materi, tetapi untung non material juga perlu.  Misalnya ilmu pengetahuan baru, ide kreatifitas baru, wawasan baru, demi menjadi manusia yang lebih baik setiap hari.
Orang-orang yang mau menang sendiri, tak memiliki logika berpikir yang bisa dipertanggung jawabkan, tak memiliki toleransi dan pengikut buta tuli pada satu sosok, layak untuk di bang dari datar teman sosial media.
Mengapa ?
Simpel, karena tak sesuai visi misi saya memiliki sosial media.

Bagaimana bila bertemu di dunia nyata ?
Sederhana, orang-orang yang tak memiliki kesamaan apapun akan sulit berteman dengan nyaman.  Jadi pasti di dunia nyata juga tak akan bisa berkawan akrab.  Paling top tanya bertukar sapa basa basi kemudian mencari jalannya sendiri. Feathers flocked together 

Mengelilingi diri sendiri dengan orang-orang pandai, kreatif, toleran, moderat dengan keluasan wawasan dari berbagai unsur SARA adalah pilihan yang aku ambil.

Tak takut tidak memiliki teman ?
Tidak.
Karena akan selalu ada teman yang seide sepikiran dengan saya, dipelosok dunia manapun.

Read More
Be the first to comment!

Ngobrol aja ya sayang.....

Widya | Monday, February 13, 2017 |
buncitsexxy.blogspot.co.id
Pacar saya sering kali protes dan cerita kepada anak-anak, ...."sejak pacaran dulu mamamu nih gak pernah kasih minum atau makan kalau gak diminta.  Mesti harus diminta dulu."
Saya hanya ketawa-ketawa saja.๐Ÿ˜๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€

Saya memang jarang suguhkan kue atau teh buat suami dan anak-anak. Sebetulnya karena saya sendiri kurang suka manis-manis dan saya tidak terlalu suka ngemil.  Saya aman dan nyaman saja, jika pergi ke rumah orang dan tidak diberi suguhan macam-macam.  Saya lebih suka memakai waktu bertemu untuk bercerita atau mengerjakan sesuatu bersama.  Tidak akan hal itu menjadi kekurangan yang saya besar-besarkan.  Seringkali suguhan yang dihidangkanpun hanya saya ambil satu sebagai penghormatan saja.
Kalau pacar saya minta teh manis sore hari, saya ingatkan, pagi tadi sudah minum kopi susu.  Minum air putih saja๐Ÿ˜Š

Menurut beberapa artikel yang  saya baca, toleransi gula dalam darah antara 1 - 1,5 sendok teh.  Bagaimana kalau kita makan, ngemil dan minum manis ? pasti lebih dari 1,5 sendok teh gula dalam tubuh.  Lalu gula yang berlebih itu memaksa pankreas memproduksi insulin untuk mengendalikan gula dalam darah. Tetapi sifat insulin adalah lypogenesis alias membentuk lemak tubuh.  Maka gula -gula itu akan terbagi dalam liver, dalam otot dan dalam lemak.  Menumpuklah lemak dimana-mana. Selain di bagian-bagian tubuh, lemak juga akan menutup hati, jantung, pankreas dan menjadi plak dalam darah.

Gemuk itu sangat tidak menguntungkan.  Penampilan jelas tak indah, memilih baju sulit, penyakit bermacam-macam, nafas pendek dan teringah-engah.  Tidurpun juga pasti tak nyaman.  Ingat masa hamil, miring susah, terlentang juga susah.

Nah kekasihku sayang, aku tak memberikanmu cemilan dan teh itu karena eike sayang padamu๐Ÿ’–๐Ÿ˜ Umur panjang, keliling dunia, melihat cucu kita bertambah besar menjadi cita-cita kita kan......?

Daripada ngemil kita ngobrol aja yuuuuuk.......biar mesra....
Read More
Be the first to comment!

Pilkada DKI 2017 Yang Hingar Bingar

Widya | Monday, February 13, 2017 |
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI tahun  2017 ini adalah pilkada paling ramai, paling seru dan paling sexy. Ada 100 pilkada serentak di seluruh Indonesia, namun hanya pilkada DKI yang menjadi berita sensasional tak putus di seluruh media dan sosial media. DKI Jakarta sebagai ibukota negara, mungkin menjadi pentas perdana untuk melihat kandidat presiden Indonesia berikutnya.

 Petahana (istilah baru untuk incumbent, pejabat yang sedang menjabat) tahun ini adalah Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Politisi yang sudah pernah menjadi bupati Belitung Timur, anggota DPR RI dan menjadi gubernur DKI karena gubernur Jokowi menjadi presiden Indonesia menggantikan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ahok berasal dari etnis Tionghoa dan beragama Kristen, dikenal keras melawan mafia dan korupsi, bersikap jujur dan memperhatikan rakyat kecil. Karena kekeras kepalaannya melawan korupsi, suap dan gratifikasi maka musuhnya pun tak sedikit. Dari kalangaan birokrat, kalangaan politisi, preman kelas teri sampai kelas kakap, pengusaha yang merasa dirugikan dengan kebijakan-kebijakan anti suapnya. Mereka bilang ..."susah dagang sama Ahok, dia tidak bisa disuap..."

Ahok menjadi petahana yang memilih untuk maju lagi tanpa melalui mekanisme partai. Melihat hasil kerjanya dan kepribadiannya serta tekadnya untuk menjadikan Jakarta kota yang sejajar dengan kota-kota besar dunia, sambil tetap memperhatikan kaum urban, banyak sukarelawan yang berusaha membantu Ahok untuk maju melalui jalur independen. Berbulan-bulan para relawan tanpa digaji bekerja untuk mengumpulkan sejuta tanda tangan. Sejuta tanda tangan yang terkumpul itu menggentarkan partai politik, maka banyaklah partia politik yang melamarnya untuk maju melalui partai. Akhirnya Ahok memilih jalur partai tanpa syarat. Ahok akhirnya didukung oleh PDIP.

Dukungan untuk Ahok bukan hanya dari Jakarta, tapi juga dari masyarakat Indonesia di luar negeri. Mereka melakukan aksi flash mob dengan baju kotak-kotak merah dan lagu Hip Hip Hura-Hura.

Menjelang pilkada ini, lawan-lawan politiknya menempuh semua cara untuk menjatuhkannya. Video editan Buni Yani akhirnya membawa Ahok menjadi terdakwa penistaan agama. Sosial media pun ramai, antara yang pro dan kontra. Joke yang beredar, hanya Ahok yang mampu mengumpulkan jutaan orang untuk sholat subuh dan sholat Jumat dari penjuru Indonesia, mampu menyatukan JIL dan FPI....Bahkan kedua lawannya bergandengan tangan untuk melawannya.
Kedua lawannya sampai lupa bahwa mereka juga sedang bersaing memperebutkan kursi DKI.๐Ÿ˜‰
Banyak pertemanan di sosial media putus karena berbeda kubu dan berbeda pendapat. Banyak tokoh ditangkap dengan tuduhan makar. Banyak demo dilakukan dengan berbagai nama. Banyak rumah ibadah berubah fungsi menjadi tempat kampanye. Ahok mewujudkan pepatah..."Pilihlah pemimpin dimana banyak anak-anak panah fitnah tertuju padanya".

Melalui mekanisme debat yang diadakan secara resmi sebanyak 3x dan disiarkan media massa, sinar Ahok semakin terang. Dia menguasai masalah dan sudah melakukan solusi pemecahan masalahnya. Kedua lawannya menjadi semakin meyakinkan belum layak menjadi DKI1. Lawan-lawannya masih berteori dan berangan-angan, Ahok sudah melakukannya. Untuk memilihnya, banyak orang yang dulu tak pernah memilih atau berada di luar negeri berduyun-duyun kembali pulang. Demi Indonesia yang lebih back.

Untukku mendukung Ahok hanya memerlukan satu alasan sederhana saja. Kalau kita peduli pada nasib orang susah dan terpinggirkan, namun kita tak memiliki kemampuan membantu mereka, maka kita titipkan nasib mereka kepada pemimpin yang peduli. Ahok adalah harapan Indonesia.

Tahun ini juga menjadi kesempatan mengikuti pemilu pertama kali bagi Tista. Namun sayang, tiket untuk kembali ke Jakarta dari Bandung tidak ada. Lain kali ya nak.

15 Februari 2017 nasib Jakarta 5 tahun ke depan ditentukan.
oh hip hip hura-hura ....hu u u aku suka dia hu u u aku jatuh cinta......


Read More
Be the first to comment!

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan