Loading

New York

Widya | Sunday, April 27, 2014 |

New York kota besar yang sibuk dipenuhi gedung-gedung tinggi.  Seperti Jl Sudirman di Jakarta dengan skala lebih besar, lebih tinggi lebih banyak dan lebih sibuk. Layaknya kota lain di daratan Amerika, jalan-jalan di New York juga terbagi dalam blok-blok. Orang lalu lalang tak putus-putus, di setiap persimpangan, di setiap trotoar.  Berpakaian rapi dan necis cenderung klimis. Laki-laki dengan setelan kemeja, dasi, jas, celana panjang yang mengecil di ujung kaki dengan kombinasi warna yang berani sambil menenteng tas dan berkaca mata hitam dengan potongan rambut rapi adalah pemandangan yang lazim.  Perempuan di sini juga memakai sepatu berhak tinggi, berkacamata hitam, dengan gaun kerja dilapisi coat cantik.  Tidak ada yang berjalan lambat, semua berjalan dengan langkah lebar dan cepat.  Mobil-mobil saling salip saling potong dan saling membunyikan klakson.

Parkir juga menjadi keahlian sendiri.  Mencari parkir bukan saja sulit tetapi harus memperhatikan banyak aturan, tidak boleh di depan jalan masuk, tidak boleh di depan hidran air, harus memperhatikan jam parkir yang diijinkan di setiap jalan.  Triknya bila menemukan spot parkir yang belum berlaku jamnya, maka pengemudi akan berada di dalam mobil sampai saatnya tiba. Polisi tidak akan memberikan tiket tilang selama pengemudi ada di dalam mobil.  Polisi lalulintas New York memiliki mobil yang unik, seperti bajaj untuk memudahkan manuver di jalan-jalan sempit.  Kata om Yoyok...."disini harus sabar mencari parkir.."  dan karena kebetulan kami sedang liburan, waktu tidak jadi masalah.  Bayangkan bila kita dibatasi waktu dan harus berputar-putar masuk keluar blok terdekat hanya untuk mencari parkir....pasti isinya suntuk dan mau marah.

Antar wilayah di New York dihubungkan dengan tunnel bawah air dan jembatan.  Ada banyak pilihan tunnel yang dapat kami lalui bila kami ingin ke New York dari rumah om Yoyok di New Jersey, dan semuanya bayar sekitar 13 dolar untuk sekali jalan.  Bila mobil terisi penuh lebih dari 2 orang, maka mobil dapat didaftarkan ke perusahaan toll dan setiap kali harus bayar lapor di loket "car pull" maka akan mendapat diskon, hanya bayar 3 dolar. Dengan kemacetan tentu bensin harus penuh setiap kali mengawali peralanan.  So ....memiliki mobil sama dengan mahal.  Seperti di Jakarta, kita harus mengatur agenda sedemikian rupa supaya efisien, tidak bisa bolak balik.....

Pembangunan di New York selalu saja ada, sehingga jalan-jalan juga tidak selalu mulus dan lancar karena banyaknya proyek pembangunan itu.  Saat kami datang pembangunan kompleks WTC yang diruntuhkan teroris belum rampung.  Demikian juga pembangunan di Time Square, belum lagi di wilayah-wilayah lain.

Sekolah-sekolah di New York berada di antara gedung-gedung tinggi.  Lapangan-lapangan sekolah atau taman bermainnya dibatasi dinding kawat, persis seperti banyak sekolah di Jakarta. Mungkin aman tapi jelas tidak nyaman dibandingkan kota-kota lain di Amerika yang mendirikan sekolah dengan halaman super luas agak masuk dari tepi jalan, orang umum hanya melihat sekolah dari kejauhan saja.  Namun di New York, anak-anak yang sedag beraktivitas di lapangan bermainnya bisa dijangkau dari balik pagar.  Memudahkan penyusupan obat bius, drug dan segala macam yang negatif.  

Taman kota, Central Park dan taman-taman kecil lain banyak bertebaran di New York.  Semua gratis, semua bisa memakai fasilitas hijau kota tersebut.  Dengan ukuran taman yang besar dan keramaian manusianya, untukku yang sudah pernah jadi ibu, suasana ini bukan suasana yang damai, selalu waspada dan intens mengawasi anak-anak bermain, supaya tidak hilang di keramaian orang.

New York juga rumah untuk kebebasan.  Segala jenis kebebasan boleh.  Maka kehidupan LGBT menjadi trademark kota ini.  Perkawinan sesama jenis bisa diekspose di taman-taman kota.  Dan mereka tampan-taman dan cantik-cantik plus terkenal.  Di setiap jalan kita bisa menemui pasangan-pasangan sejenis yang indah dipandang.  Untuk yang tahu perintah Allah, kota ini melawan semuanya, dan menyulitkan untuk memberi ajaran moral yang sesuai dengan yang kita percaya.  Namun di kota inilah uang, kesenangan, glamour berkumpul.  

New York adalah tipikal kota besar yang tidak sabar, ambisius dan hedonis....indah dipandang di waktu malam....
Read More
Be the first to comment!

Insurance - Lawyer - Police

Widya | Monday, April 07, 2014 |
Goddes of Justice
"in America, we have a big huge number of lawyer, so we like to fill a lot of form before doing something. ....."
Itu kata-kata yang dilontarkan direktur NCC ketika kami akan menjelajah di Grand Canyon. Lokasi-lokasi yang terhitung berbahaya dan berpotensi ada kecelakaan fatal akan selalu menyodorkan formulir "hukum" sebelum kita diijinkan untuk masuk.  Begitu juga dokter, jual beli barang, sekolah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia lain.

Mas Agung harus memeriksakan giginya karena lubang.  Sebelum dokter mulai mengukir gigi-gigi itu, setumpuk dokumen harus dibaca dan ditanda tangani.  Tidak terbayangkan kalau sakitnya sudah dipuncak kepala, apa ya sanggup baca dokumen-dokumen itu.  Dokumen hukum dari sisi dokter itu mengamankan posisi dokter bila terjadi sesuatu.  Asuransi kesehatan yang dimiliki juga harus diisikan dalam dokumen tersebut, kelalaian tidak memiliki asuransi kesehatan menyebabkan dokter tidak akan mau menangani.  Di Indonesia, hanya operasi besar saja atau bila kita menolak untuk melakukan anjuran dokter baru kita harus menandatangani beberapa dokumen. Bagus...?....

Demikian juga dengan asuransi kendaraan.  Setiap pengemudi kendaraan harus memiliki asuransi. Mobil kami dikendarai oleh mas Agung dan aku, maka kami berdua harus memiliki asuransi kendaraan tersebut.  Kami berpikir dengan cara kami berkendara, asuransi tidak kami perlukan, terlintas untuk menghentikan asuransi tersebut 3 bulan sebelum kami pulang.  Namun seorang teman yang mendengar niat kami lalu melarang, karena dia punya pengalaman dengan polisi lalu lintas 5x dan setiap kali berurusan dengan polantas, selalu diminta SIM dan nomor asuransi kendaraan, dan polantas itu akan selalu memasukkan data dan mengecek asuransi kita saat itu juga.  Tidak memiliki asuransi memperberat penalti. So keharusan memilik asuransi diperkuat dengan perangkat hukum, membuat kita tidak bisa menghindar.  Terlalu sering mendapatkan tiket tilang atau pernah terlibat kecelakaan juga membuat asuransi tidak mau mengabulkan permohonan untuk memiliki asuransi.  Simalakama ya....
Ini juga berbeda di Indonesia yang berjalan sendiri-sendiri.  Asuransi tidak pernah ditanyakan oleh polantas, sehingga kebanyakan orang tidak pernah mengasuransikan kendaraannya.  Kalau terjadi kecelakaan?...ya silahkan komunikasi dengan korban dan selesaikan sendiri...  Apalagi kalau dalam riwayat berkendara kita tidak pernah berurusan dengan kecelakaan, tidak akan terpikir untuk memiliki asuransi yang berarti uang keluar.  Bagus.....?

Jual-beli barang juga melibatkan lawyer...terutama bila kita minta orang lain untuk menjualkan. Ketika kami akan menjual mobil karena masa belajar sudah hampir usai, seorang teman menyarankan untuk sejak awal sudah mulai mengiklankan mobil kami, karena bila belum terjual sampai tiba waktu kami pulang, maka kami harus menitipkan mobil tersebut pada orang yang kami percaya.  Namun kepercayaan itu saja tidak cukup, kami harus bersama teman itu pergi ke lawyer untuk menanda tangani berkas pelimpahan, kalau di Indonesia namanya surat kuasa.  Di Indonesia kami terbiasa untuk membuat surat kuasa dengan meterai Rp 6.000 dan selesai.  Bahkan pada orang yang sangat kenal, tidak pernah memakai meterai.

Indonesia tanah air beta dengan manusia-manusia ramah pantas bila mendapat julukan negara yang paling bahagia.  Karena dimana ada kepercayaan disitu ada kebahagiaan.  Bahkan ketika kita mengalami penipuan, manusia Indonesia selalu berucap "bukan rejeki saya".  Kita selalu percaya pada niat baik setiap orang, amat jarang kita dilintasi kecurigaan terutama pada orang-orang yang sudah kita kenal.  Di sisi lain kitapun berusaha untuk tidak membohongi orang lain.  Ada orang jahat? ya.... tentu saja disetiap komunitas ada orang jahat dan licik, tapi jumlahnya belum sampai membuat jumlah lawyer meningkat besar-besaran dan orang berlomba-lomba untuk memiliki lawyer keluarga.

Di lingkungan keluarga kami tidak ada yang berprofesi lawyer, seingatku profesi ini tidak menjadi pilihan utama, karena ada pitutur "berhati-hatilah bila di tanganmu terletak kuasa untuk menentukan nasib seseorang, karena salah mengambil keputusan maka hal itu tidak bisa diperbaiki, dan itu artinya dosa".  Ketakutan untuk berdosa dan salah menentukan nasib orang lain ini yang membuat tidak ada ambisi untuk menjadi lawyer....  Pesan yang kami terima "jangan sampai berurusan dengan masalah hukum".


Read More
Be the first to comment!

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan