Loading

2016......Jadi Guru

Widya | Saturday, February 06, 2016 |
Hal baru yang aku senang kerjakan adalah handycraft.    Sesuatu yang aku temukan belakangan setelah aku mencintai kegiatan membaca dan kemudian memasak.  Membaca sudah jadi makanan pokok sejak aku kecil, kemudian di usia 12 tahun aku mulai suka memasak, tiada hari tanpa praktek resep baru.  Jadi koki dan kerja di hotel adalah impianku yang tidak pernah berubah, dan aku memang sempat jadi koki di Aryaduta Jakarta saat masih bergabung dengan Hyatt.  Kemudian hari-hariku disibukkan dengan mengurus anak-anak. Setelah anak-anak besar, mereka memasak sendiri dengan selera mereka masing-masing, kegiatan memasakku pun berhenti setelah sempat jualan kue dan roti beberapa tahun sambil antar jemput anak-anak.
Baru di tahun 2010, aku mulai belajar patchwork dan segala hal yang berhubungan dengan kain dan mesin jahit, yang kemudian berlanjut ke clay, wire weaving.  Di Amerika aku belajar knitting dan tatting untuk melengkapi crochet yang sudah pernah aku tekuni sebelumnya.  Mama bilang ..."padahal dari dulu kamu sudah mama kenalkan dengan hal-hal ini, tetapi koq gak pernah tertarik....."  Aku juga gak tahu kenapa selalu terlambat menyadari potensi lain dalam diri sendiri.  Hal yang paling akhir aku pelajari adalah wire weaving, shibori dan paling belakang decoupage.

Kemana selama ini hasil karyaku....? aku simpan atau aku bagi-bagi untuk souvenir atau kado Natal. Mungkin hal ini yang bikin mas Agung suka ngomel, koq semua dipelajari tapi gak ada yang kelihatan.  Iya gak kelihatan wong barangnya kalau gak dipakai sendiri ya di kasihkan ke orang....hehehehehe.

Paruh ketiga tahun 2015, aku ditugaskan oleh Jalasenastri untuk membuat pelatihan bagi ibu-ibu Jalasenastri di lingkungan Armada Barat.  Bersama adik-adikku, dik Yanti Oke dan dik Yuli Monang, kami memberikan demo pelatihan pembuatan kotak souvenir dan gantungan kunci, yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan perorangan. Saat itu aku hanya bertindak sebagai fasilitator saja.  Adik-adikku yang mengajar 2  ketrampilan itu.  Dari kegiatan itu, aku dan adik-adikku kemudian berpikir untuk bergabung, dan melanjutkan kegiatan kami ke tahap berikutnya, mengingat penugasan suami tidak selalu di Armabar.  Tapi itu cerita lain yaaaa......

Awal tahun 2016, 2 orang teman ingin belajar wire weaving. Rasanya maju mundur untuk menentukan biaya belajar.  Mengingat di luar biaya belajar wire weaving tidak ada yang murah. Paling murah 500rb.  Aku ingat punya keinginan untuk menularkan ilmu dengan biaya yang tidak terlalu tinggi, supaya banyak orang mau belajar. Aku hitung-hitung biayanya, dan aku coba menawarkan dengan harga yang tidak terlalu mahal. Dan mereka mau.  Murid pertamaku, 2 orang wanita cantik yang belajar wire weaving.....senaaaang sekali rasanya....bukan karena uangnya tapi karena bisa berbagi ilmu dan mereka menyenangi hal baru yg mereka pelajari.

Kemudian aku iseng membuat decoupage di atas tas, berhasil cantik sekali.  Iseng juga aku pasang di grup wa.  Tidak lama, banyak yang minta belajar, jadilah 3 grup....sekali lagi tersenyum melihat kegirangan murid-muridku menguasai hal baru.....
Ditengah-tengah menikmati kegembiraan mereka itu, aku berpikir ...."apa lagi ya yang bisa aku tularkan".....
Jadi guru itu harusnya selalu selangkah di depan muridnya, tidak bisa stop berpikir dan berkarya.  Jadi guru itu menyenangkan dan penuh tantangan.

eeeh.....tapiiiii kan aku sudah lama jadi guru untuk anak-anakku ya......?!?!

"Who dares to TEACH must never cease to LEARN"
Read More
Be the first to comment!

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan