Loading

Camping di Tanakita Camping Ground

Widya | Wednesday, July 20, 2016 | |
Tanakita camping ground berada di kawasan taman nasional Gede Pangrango.  Kalau kita dari Jakarta  ke Sukabumi melalui Ciawi, terus saja ikuti jalan utama ke Sukabumi.  Melewati kawasan berikat pabrik-pabrik, pasar-pasar tradisional, kawasan wisata Lido, Sekolah Polisi Negara Lido hingga menemui Polres Cisaat.  Sebelum Polres Cisaat itu belok kiri, melewati Pusat Pelatihan Icuk Sugiarto, pebulu tangkis nasional. Terus menanjak hingga masuk gapura Kawasan Taman Nasional Gede Pangrango.

Awal mengajak papa dan mama yang sudah berusia cukup lanjut, ada keraguan, karena biasanya daerah camping ini menanjak untuk sampai lokasi tenda.  Tapi ketika kendaraan kami bisa parkir di sisi area tenda, semua kekhawatiran sirna. Kami datang cukup pagi, karena kami berangkat jam 0500 pagi dari Ciangsana Cibubur, sehingga kurang lebih jam 0900 kami sudah tiba lebih dulu di Tanakita. Cepat-cepat kukirim pesan pendek ke mama, mengabarkan kemudahan dan kenyamanan yang bisa dinikmati orang-orang usia lanjut.  Mobil hanya parkir sementara di sisi area kemah, untuk menurunkan orang dan barang saja, nanti mobil akan diparkirkan oleh petugas ke tempat parkir yang sudah tersedia.
Satu lagi kemudahan, kalau tidak ingin mengalami macet di sepanjang jalan ke Sukabumi, bisa naik taksi dari Jakarta ke Stasiun Bogor, dan naik kereta ke Cisaat. Nanti dijemput oleh angkot yang sudah kita koordinasikan dengan pengelola Camping Ground sebelumnya.  Cukup membayar 100rb rupiah untuk satu angkot.

Camping di Tanakita, tidak perlu membawa logistik sendiri, kopi dan teh tersedia 24 jam, self service.  Makan pagi, siang dan malam plus 3 kali snack sudah disediakan.  Termasuk acara api unggun dengan jagung bakar dan wedang ronde.  Pokoknya gak sempat kelaparan.  Tapi kalau takut tidak bisa makan atau punya makanan kesenangan sendiri, bisa bawa dan masak sendiri.  Dapurnya boleh dipinjam.  Yang paling menarik makan pagi, selain nasi dan kelengkapannya, disiapkan bahan pan cake dengan kompor buatan sendiri.  Bisa membuat pancake sendiri, tentu saja anak-anak yang plaing senang.  Mereka bisa pura-pura sedang berjualan pancake dengan melayani pesanan anggota keluarga.

Kami memilih 4 tenda di pojok, 2 menghadap Selatan, 2 menghadap Barat, sehingga masih ada wilayah kosong di pojok area kami, untuk nanti kegiatan memasak dengan kompor percobaan papanya Alda.  Untuk setiap rombongan disediakan satu tour guide yang akan mengantar kami kemana kami mau dan menawarkan kegiatan apa saja yang bisa kami lakukan.  Tour guide kami bernama Asep, sopan dan komunikatif serta ringan tangan.
Tenda yang disediakan bisa muat untuk 3 matras tidur, dan disiapkan juga sleeping bag yang wangi dan bersih supaya tidak kedinginan di malam hari.

Setelah beres-beres tenda, kami berjalan ke danau Situgunung yang berjarak 700meter dari area tenda.  Saat berangkat sih enak, jalannya datar dan menurun.  Tapi ketika pulang, lumayan berat di tanjakan untukku yang sedang flu, nafas satu-satu.......aigoooo
Danau Situgunung indah, karena kami camping di bulan puasa, maka danau sepi. Tapi dengan sepinya itu danau jadi menarik, memberikan ketenangan. Kami banyak mengambil gambar di sini.  Papa dan mama kuat lho berjalan pulang pergi.  Tapi kalau tidak kuat ada jasa ojek.  Aku tidak berani pakai jasa ojek, karena jalannya berbatu, takut tergelincir.  Jalan kaki saja sekalian olahraga.

Dari danau itu kami kembali ke tenda dan charter angkot ke sungai. Sungainya bersih dan ada area tenda di pinggirnya. Area ini lebih sepi, karena hanya berisi sekitar 6 tenda saja.  Air sungai yang dingin tidak menyurutkan keinginan mas Agung untuk berenang di sungai.  Disediakan teh panas dan singkong goreng.....uuuuh enaknya dingin-dingin minum teh panas dan singkong goreng.  Lokasi ini juga lokasi terakhir kalau kita mau ikut tubbing.  Namun kami tidak ikut tubbing karena Dea mau ujian, Alda mau balet.  Tubbing di sini berbeda dengan tubbing di Gua Pindul Yogyakarta yang berair tenang.  Tubbing di Cisaat ini, setiap orang memakai ban sendiri dan meluncur sendiri-sendiri mengikuti arus sungai, meliuk di bebatuan.  Tentu saja alat keselamatannya lengkap, mulai dari pelindung kepala, lutut dan lengan plus pelampung.

Kembali ke tenda, anak-anak dan Albert uji coba kompor buatan yang sudah melalui 9x percobaan pembuatan.  Buat indomie.  Kompor berhasil, namun harus dipikirkan lagi penghalang angin, supaya apinya tidak mati.  Dan jawabannya ketemu saat makan pagi membuat pancake keesokan harinya. Albert sudah memotret kompor buatan Tanakita untuk dicontoh.  Kita pakai di camping berikutnya ya Bet.....

Makan malam dengan menu super banyak......rasanya juga enak. Oh iya snack sore itu Combro dan Pisang Goreng.....kesenangan mas Agung.  Saat makan malam, diiringi musik gitar dan penyanyi yang ternyata para petugas di situ.  Rupanya setiap petugas harus memiliki banyak kemampuan selain menjadi guide, juga bisa memasak, menyanyi, mengemudikan kendaraan.  Selesai makan, karena keluargaku suka musik semua, maka bergabunglah memeriahkan suasana sampai tengah malam.  Sempat terpotong sebentar untuk jalan-jalan melihat kunang-kunang.
Von Trapp dari Bulak Rantai.......senang rasanya melihat Dea, Tista, Alda, Ledy, Albert n mas Agung menyanyi bareng-bareng.

Kesempatan berkumpul dengan keluarga besar sungguh mahal dan berarti.  Mengingat papa dan mama yang sudah berusia diatas 70 tahun, tapi masih sehat, bisa jalan-jalan bersama dan melihat papa mama tersenyum senang, sungguh kemewahan.  Di antara kesibukan yang membuat kami jarang bisa bertemu, menginap semalam bersama sungguh istimewa.  Semoga Tuhan masih memberikan kesempatan kepada keluargaku untuk bisa berlibur bersama-sama lagi.
Syukur kepada Tuhan, saat papa mama masih sehat, anak-anak kami juga sudah dewasa untuk bisa mengingat peristiwa-peristiwa yang menyenangkan bersama eyangnya.

No comments:

Post a Comment

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...