Loading

Mendayung di Salt River, Phoenix.

Widya | Tuesday, March 18, 2014 |
Hari kedua di Phoenix.

Pagi ini rombongan menuju Salt River.  Cuaca hari ini cerah, matahari tersenyum dengan tiupan angin sejuk, kombinasi yang menyenangkan kulit tubuhku.  Seluruh anggota rombongan memakai kostum piknik, celana pendek, t'shirt dan sandal gunung atau sepatu santai.... Tersedia dua bus besar dengan gambar kuda dan warna favoritku Kuning dan Oranye....warna-warna hangat sesuai wilayah bermandi sinar matahari ini.  Aku memilih bus Oranye.

Sepanjang perjalanan, nampak bentuk-bentuk bangunan khas gurun seperti yang sering kulihat di telenovela dulu, atap datar, dengan teras yang memiliki bentuk lengkung dan berwarna merah bata.  Pohon-pohon palm dan kaktus menghiasi jalan.  Oh ya dalam perjalanan aku juga melewati McDonald Training Centre....merk makanan fast food terkenal di dunia.

Dalam sejarahnya sungai Salt River adalah sungai menjadi andalan para petani dan peternak. Namun sungai ini tak bisa 100% dapat diandalkan, karena terkadang kering dan terkadang membawa banjir yang menghabiskan tanaman para petani.  Untuk mengendalikan air, maka dibangunlah bendungan-bendungan di sepanjang sungai ini.  Sehingga cerita kekeringan atau kebanjiran tinggal menjadi sejarah saja.  Amerika sangat memperhatikan ketahanan negerinya. Air dan listrik menjadi perhatian mereka.  Seperti teori sekolah, air dari Salt River digunakan untuk listrik, ikan, dan irigasi.

Kami akan menaiki perahu karet yang berisi 10 orang dan mendayung sejauh 3 miles.  Bila dilihat secara fisik, sungai ini tidak istimewa, airnya berwarna coklat, dengan dasar lumpur.  Namun melihat dengan indera yang lain, sungai ini istimewa dibanding sungai di negeri kita.  Tidak berbau, airnya dingin, burung-burung pemakan ikan ada di sepanjang tepiannya, yang menandakan bahwa sungai ini dihuni ikan-ikan dan itu artinya air sungai ini juga sehat tidak terkontaminasi logam berat atau limbah beracun.  
Perahu karet kami istimewa, karena penumpangnya sebagian besar anak-anak kecil.  Orang dewasa di perahu ini Megan sang nakhoda, Dennis, aku, mas Agung, David dan Cherry dari Singapura.

Awalnya kami menduga hanya akan mendayung sejauh 3 miles saja, namun ternyata di tengah sungai, terjadi perang air antar perahu....dan semuanya menjadi basah kuyup.  Anak laki-laki di kapal kami berteriak-teriak, dalam khayalan mereka pasti membayangkan perang dengan kapal bajak laut.  Perang air membuat wisata sungai ini menggembirakan.....
Kreatif....!!!
Wisata air ini sangat menyenangkan, anak-anak dan orang dewasa belajar tentang pentingnya menjaga alam dengan cara yang menyenangkan.  Kami tidak diijinkan membuang sampah. Sampah apapun yang sampai terjun ke dalam air, akan diambil oleh Megan, wanita muda yang menjadi nakhoda kapal kami.....oh ya....Megan akan terjun ke dalam air, memungut sampah, walaupun jumlahnya cuma satu saja.  Prinsip..."ah cuma sedikit koq" tidak berlaku. Dan mereka ketat menjaga peraturan itu.  Sebelum turun dari kapal, Megan juga meminta semua sampah di dalam kapal karet dikumpulkan dalam box yang sudah disediakan dalam kapal.
Secara tidak langsung Megan menunjukkan peraturan menjaga kebersihan air yang sangat penting untuk manusia.   

Kita memiliki banyak sungai besar di Indonesia, seandainya pemerintah daerah dapat memberlakukan peraturan lingkungan dengan baik dan tegas, wisata sungai akan menjadi daya tarik dan cara belajar yang menyenangkan, juga membuat orang sadar bahwa sungai bukan tempat sampah gratis.  Kita perlu air untuk hidup dan sungai adalah penampung air kebutuhan vital manusia.

Monggo berkunjung ke sini untuk tahu tentang Salt River 

No comments:

Post a Comment

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...