Loading

Jalagita 2017

Widya | Friday, June 02, 2017 |
Suatu kali di awal April, aku mendapat telepon dari ibu waketum Jalasenastri, Ibu Ina Taufiqurahman.  Ibu teteh biasa beliau di sapa, meminta tim Jalagita 2016 untuk tampil di HUT Puncak Dharma Pertiwi tgl 18 April.  Kami hanya memiliki waktu 6x latihan untuk menyiapkan 3 buah lagu.  Aku langsung menghubungi setiap pemain untuk segera menyiapkan diri berlatih kembali.

Pada saat gladi bersih, dari 3 lagu yang sudah kami siapkan, hanya 1 lagu yang boleh dibawakan, dan diminta untuk menyiapkan 1 lagu lain.  Secepat kilat kami melatih lagu Aryati, yang sesungguhnya belum pernah kami mainkan dalam grup ini.  Hanya pemain dari Armabar saja yang pernah berlatih lagu ini.  Walaupun sambil ngomel, karena lagu-lagu yang boleh dan tidak boleh dimainkan seharusnya dikomunikasikan sejak awal, kami berusaha keras supaya tampil baik dan tidak memalukan Jalasenastri dan khususnya tidak memalukan kami sendiri sebagai juara pertama tahun lalu.  Akhirnya penonton pun terheran-heran, karena kami tampil maksimal dengan koreografi gerakan dan tarian pula.  Mereka pun akhirnya berkata ....."memang kalau pemain profesional itu beda ya....."😂

Jalagita tahun ini beranggotakan ibu-ibu Jalasenastri dari wilayah Barat dan Timur sekaligus.  Sungguh komplit kalau hendak dikatakan mewakili Jalasenastri.  4 orang dari Armabar, 1 dari Pushidros, 2 dari Lantamal III Jakarta, 3 dari Pasmar 2, 2 dari Kodiklatal Surabaya.
Kali ini, komandan regunya aku, karena mas Agung sudah menjadi Pati.  Ibu Trusono sebelumnya adalah komandan regu kami, namun beliau sudah tidak bermain lagi, karena pak Trusono sudah menyandang pangkat bintang tiga.  Mungkin dianggap terlalu senior.  Anggota termuda kami hanya berselisih jarak 5 tahun dari Dea, lebih cocok jadi anak daripada rekan.....😆

Selesai menunaikan tugas tampil di Dharma Pertiwi, ibu teteh memberikan tugas baru mengikuti lomba kolintang piala Ibu Negara di Semarang.  Tugas yang kami terima dengan jantung berdegup kencang.  Konsultasi dengan pak Boy Makalew, pelatih kami bukan membuat kami tenang, malah semakin jantungan.  Bagaimana tidak ?  Pak Boy mengatakan, biasanya untuk lomba nasional seperti ini, persiapan 3 bulan, tapi kami hanya punya waktu kurang lebih 1 bulan såja.  Pak Boy juga memiliki jadwal yang padat karena tim-tim binaan pak Boy juga akan mengikuti lomba dalam rangka HUT Jalasenastri.  Akhirnya pak Boy meminta koleganya pak Berty Rarun untuk membantu melatih kami.  Total waktu latihan kami hanya bisa berlatih 18 kali saja.  Setelah berjalan beberapa kali, kamipun merasa perlu bimbingan pelatih vokal, dan akhirnya Daniel Papilaya yang baru berusia 25 tahun menjadi pelatih vokal Jalagita.

Lagu wajib Ilir-ilir karya Sunan Kalijogo, menjadi tantangan sendiri.  Karena mayoritas pemain orang Jawa, kami menyadari, lagu ini tidak dapat dibawakan secara sembarangan.  Lagu yang berisi petuah dan memiliki daya magis ini kami mainkan dengan baik dengan koreografi gerakan yang manis dan sopan.  Aransemen lagu ini temakan waktu hampir 5 menit sendiri, maka untuk lagu pilihan Melati di Tapal Batas, hanya memiliki waktu sekitar 3 menit saja, karena kami dibatasi waktu tampil 9 menit untuk dua buah lagu.  Aransemen Melati di Tapal Batas juga ciamik, sayang waktunya terbatas, andai lebih lama, aku yakin pak Berty akan membuatnya lebih cantik lagi.

Latihan yang berlangsung setiap hari, membuat daya tahan pemain jatuh silih berganti.  Kami harus banyak berdoa dan berusaha untuk dapat memainkan aransemen yang bagus dan rumit.  Menjaga kesehatan, saling mendukung, saling melatih di pukulan-pukulan sulit, saling bersabar hati, saling mengingatkan pantangan masing-masing.  Ketatnya jadwal, meninggalkan anak-anak yang sedang ujian atau ulangan umum sungguh menguras emosi sebagian besar anggota tim, antara menjalankan tugas organiskas dan tugas mendampingi anak-anak di saat-saat pentingnya, membuat emosi naik dan turun.  Namun sebagai ketua tim, aku sungguh terbantu dengan karakter anggota tim yang positif dan ceria.  Tak ada hal yang tidak dapat kami diskusikan bersama.  Mulai dari membuat gerakan, memilih asesoris, merekayasa kostum, memilih menu makan dan lain-lain.

Kerja keras, dan kekuatan batin kami akhirnya berbuah manis.  Jalagita berhasil meraih juara pertama Kategori A dan berhasil merebut piala bergilir Ibu Negara dari juara bertahan Kemuning Putih dari Bea Cukai.  Selain itu, Jalagita juga berhasil meraih aransemen terbaik dari semua kategori.  Hadiah indah buat pelatih kami Pak Boy Makalew dan Pak Berty Rarun.

Video diunggah ke Youtube oleh pemain melodi Jalagita, Arba Joevita




No comments:

Post a Comment

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...