Loading

Public Records Service

Widya | Monday, March 31, 2014 |
Di Amerika berurusan dengan polisi sangat mengerikan.  Bukan polisinya yang menyeramkan, tapi sistemnya yang menakutkan.
Dengan sistem data base mereka yang sangat bagus dibandingkan yang kita miliki di tanah air, berurusan dengan masalah hukum  akan mempersulit langkah kita di kemudian hari.  Baik untuk masuk sekolah atau mendapatkan pekerjaan, bahkan mendapatkan pasangan.

Pelaku kejahatan baik kejahatan ringan maupun kejahatan berat, akan tercatat rapi di data base mereka, dan data base ini bisa diakses oleh semua orang.  Misalnya kita memiliki tetangga yang kita curigai, maka kita akan bisa menarik data orang tersebut dengan sangat mudah.  Kita pergi ke website tertentu, dan kita ketikkan nama tetangga yang kita curigai itu.  Maka akan keluar semua data yang tercatat.  Bukan hanya nama dan tanggal lahir saja, tapi juga lokasi kejahatan, jenis kriminalitas yang dibuat, sosial media yang dimiliki, orang terdekat termasuk keluarga dan teman dekat, pekerjaan yang dimiliki, juga lokasi tinggal terkini.

Rahasia koq dibagi-bagi....?  Pasti itu yang ada di pikiran kita.  Tapi dengan kebebasan yang dimiliki semua orang di Amerika, mereka juga ingin keamanan.  Setiap orang ingin tahu dengan siapa mereka berurusan.  Namun kebebasan yang dimiliki warga Amerika tidak serta merta melanggar kebebasan orang lain.  Mereka sudah menyediakan perangkat hukum untuk menjamin kebebasan setiap warganya.
Data yang dikeluarkan tersebut hanya untuk diketahui, bukan untuk digosipkan, atau untuk disebarluaskan.
Aturan mainnya sangat jelas, kita boleh tahu tapi untuk kepentingan kita sendiri, bukan untuk kepentingan umum atau bahan gosip apalagi untuk menjatuhkan seseorang.  Kalau itu yang nekat kita lakukan ooooh.....siapkan uang yang banyak bila kita menghadapi tuntutan.

Aku sudah mencoba, dan hati ini rasanya seperti naik roller coster....berdegup kencang, padahal sebagai uji coba aku cuma masukkan asal nama saja, tapi rasanya deg degan....bisa dibayangkan bila yang ingin kita ketahui adalah calon pegawai kita, calon murid kita, calon pasangan kita, calon boss kita, tetangga dan teman kerja.....rasanya mungkin mau pingsan.  Dengan takjub aku melihat layar yang memampangkan  kecanggihannya.  Semua data di tingkat county sampai federal di akses, data sosial media diakses.  Takjub dan deg degan...kombinasi yang pas buat sakit jantung.

Pesan yang aku tangkap cuma satu, jangan main-main dengan hukum di Amerika.  Kebebasan yang diberikan negara harus bisa dipertanggung jawabkan setiap individu.  Kalau itu yang dilakukan, maka selamat sejahteralah kita hidup di negeri paman Sam ini.
Read More
Be the first to comment!

Line Dance at Cook Out Coral

Widya | Tuesday, March 18, 2014 |
Makan malam ala koboy...di hari kedua...

Di foto-foto kelas terdahulu, dresscode yang dipakai ala cowboy, jeans dengan kemeja kotak-kotak dan scarf di leher plus topi cowboy.
Tapi aku gak punya kemeja kotak-kotak...dan gak sempat cari juga...jadilah aku pakai jeans dan t'shirt saja.  Mas Agung bilang..."sederhana sekali"....hehehehehe
Gak apa-apa, teman-teman bule itu gak penting dengan dresscode,...pasti aku bukan satu-satunya, aku menenangkan suami tersayangku...

Dan benar...hampir 80% tidak ada yang memakai kemeja kotak-kotak. Baju sesantai mungkin.....
Salah satu yang menyenangkan dalam pergaulan dengan orang-orang internasional ini, adalah tidak ada dresscode kaku di setiap acara mereka.  Mereka sangat sederhana dalam berpenampilan, tidak membawa tas, tidak memakai perhiasan bling-bling, tidak memakai baju super matching. Berbeda dengan acara di tanah air, untuk sekedar kumpul dengan teman, tas-baju-sepatu-perhiasan semua super matching.  Aku lebih cocok dengan gaya teman-teman internasionalku....santai dan sederhana.  Comfortable outfit is always number one. Aku ingat salah satu teman bilang..." I am simple, just bring my car-key..I am fine".
Budaya negeri kita lebih dekat ke budaya teman-teman dari negeri telenovela dan negeri padang pasir.

Makanannya biasa saja, salad, burger, hotdog, beans and dessert.  Minumannya yang antik....selain air putih bayar...dan itu mahal.  So kita minum air putih saja...lebih sehat dan gratis pula.....
Yang bikin meriah adalah acara Line Dance Country Style....sesuai dengan kesukaanku menari....dan ini juga masih di level yang mudah...haiyaaaaaaa......  Pemusik dan pemandu tari disini, gampang sekali, hanya modal sound system kecil, Ipod dengan kumpulan lagu Line Dance, speaker kecil yang menempel di tubuh pemandu tari....cukup dibawa dua tangan saja.  Tanpa panggung, dan pernak pernik lain.   Let's dance everybody......
Manusia-manusia simple.......


Read More
Be the first to comment!

Mendayung di Salt River, Phoenix.

Widya | Tuesday, March 18, 2014 |
Hari kedua di Phoenix.

Pagi ini rombongan menuju Salt River.  Cuaca hari ini cerah, matahari tersenyum dengan tiupan angin sejuk, kombinasi yang menyenangkan kulit tubuhku.  Seluruh anggota rombongan memakai kostum piknik, celana pendek, t'shirt dan sandal gunung atau sepatu santai.... Tersedia dua bus besar dengan gambar kuda dan warna favoritku Kuning dan Oranye....warna-warna hangat sesuai wilayah bermandi sinar matahari ini.  Aku memilih bus Oranye.

Sepanjang perjalanan, nampak bentuk-bentuk bangunan khas gurun seperti yang sering kulihat di telenovela dulu, atap datar, dengan teras yang memiliki bentuk lengkung dan berwarna merah bata.  Pohon-pohon palm dan kaktus menghiasi jalan.  Oh ya dalam perjalanan aku juga melewati McDonald Training Centre....merk makanan fast food terkenal di dunia.

Dalam sejarahnya sungai Salt River adalah sungai menjadi andalan para petani dan peternak. Namun sungai ini tak bisa 100% dapat diandalkan, karena terkadang kering dan terkadang membawa banjir yang menghabiskan tanaman para petani.  Untuk mengendalikan air, maka dibangunlah bendungan-bendungan di sepanjang sungai ini.  Sehingga cerita kekeringan atau kebanjiran tinggal menjadi sejarah saja.  Amerika sangat memperhatikan ketahanan negerinya. Air dan listrik menjadi perhatian mereka.  Seperti teori sekolah, air dari Salt River digunakan untuk listrik, ikan, dan irigasi.

Kami akan menaiki perahu karet yang berisi 10 orang dan mendayung sejauh 3 miles.  Bila dilihat secara fisik, sungai ini tidak istimewa, airnya berwarna coklat, dengan dasar lumpur.  Namun melihat dengan indera yang lain, sungai ini istimewa dibanding sungai di negeri kita.  Tidak berbau, airnya dingin, burung-burung pemakan ikan ada di sepanjang tepiannya, yang menandakan bahwa sungai ini dihuni ikan-ikan dan itu artinya air sungai ini juga sehat tidak terkontaminasi logam berat atau limbah beracun.  
Perahu karet kami istimewa, karena penumpangnya sebagian besar anak-anak kecil.  Orang dewasa di perahu ini Megan sang nakhoda, Dennis, aku, mas Agung, David dan Cherry dari Singapura.

Awalnya kami menduga hanya akan mendayung sejauh 3 miles saja, namun ternyata di tengah sungai, terjadi perang air antar perahu....dan semuanya menjadi basah kuyup.  Anak laki-laki di kapal kami berteriak-teriak, dalam khayalan mereka pasti membayangkan perang dengan kapal bajak laut.  Perang air membuat wisata sungai ini menggembirakan.....
Kreatif....!!!
Wisata air ini sangat menyenangkan, anak-anak dan orang dewasa belajar tentang pentingnya menjaga alam dengan cara yang menyenangkan.  Kami tidak diijinkan membuang sampah. Sampah apapun yang sampai terjun ke dalam air, akan diambil oleh Megan, wanita muda yang menjadi nakhoda kapal kami.....oh ya....Megan akan terjun ke dalam air, memungut sampah, walaupun jumlahnya cuma satu saja.  Prinsip..."ah cuma sedikit koq" tidak berlaku. Dan mereka ketat menjaga peraturan itu.  Sebelum turun dari kapal, Megan juga meminta semua sampah di dalam kapal karet dikumpulkan dalam box yang sudah disediakan dalam kapal.
Secara tidak langsung Megan menunjukkan peraturan menjaga kebersihan air yang sangat penting untuk manusia.   

Kita memiliki banyak sungai besar di Indonesia, seandainya pemerintah daerah dapat memberlakukan peraturan lingkungan dengan baik dan tegas, wisata sungai akan menjadi daya tarik dan cara belajar yang menyenangkan, juga membuat orang sadar bahwa sungai bukan tempat sampah gratis.  Kita perlu air untuk hidup dan sungai adalah penampung air kebutuhan vital manusia.

Monggo berkunjung ke sini untuk tahu tentang Salt River 
Read More
Be the first to comment!

Field Trip To Valley of The Sun - "Scottsdale Cottonwoods Resort"

Widya | Tuesday, March 18, 2014 |
Orang Indonesia pasti kenal dan hafal dengan nama Freeport McMoran penambang emas di Papua Barat yang tak putus dengan kontroversi,  Intel yang ada dalam komputer-komputer yang kita beli, hotel-hotel dengan merk Choice atau Best Western, dan kartu kredit American Express yang hanya dapat dimiliki kalangan tertentu, plus logo terkenal berwarna kuning emas yang memiliki 2 lengkungan Mc Donald restaurant.
Nama-nama yang sering kita dengar itu adalah sebagian tulang punggung ekonomi di kota padat penduduk Phoenix, yang masuk dalam wilayah negara bagian Arizona (AZ), USA.

Hari ini aku ikut mas Agung dalam program FSP Arizona.  Anak-anak di rumah, di Middletown. Beberapa masakan sudah aku siapkan, mereka tinggal masak nasi dan panaskan makanan itu saja. Nomor telepon orang-orang yang bisa membantu mereka juga sudah aku berikan.  Aku minta tolong Mayor Yanu, dan Binh Minh serta Thomas Nguyen untuk membantuku mengawasi mereka.  Mereka sudah besar, namun tidak mengurangi kekhawatiranku sebagai ibu.  Oh ya ada tambahan anggota sementara di rumah...Lukas, anjing pomeranian milik Fransisco dan Vicky dari Mexico yang dititipkan di rumah.

Perjalanan di mulai dari Middletown ke Boston yang ditempuh selama 1 jam, karena pesawat kami terbang dari Boston.  Dijemput teman dari Polandia Kryztof dan Gozia.  Yang mengejutkan pengantarnya dong....Alexandra from Poland.  Suami Alexandra adalah junior Kryztof.  Tapi wanita ini adalah wanita modern yang berani, olahraga favoritenya semua olahraga adrenalin. Ngebut dengan motor sport berukuran besar, dan sky-diving.  Aku boleh menyetir keluar kota tapi tidak diijinkan menyetir sendiri, harus ada yang menemani...oh Alexandra....amazing for me too. Perjalanan kembali ke Middletown harus dilaluinya sendiri setelah kami semua turun di Boston. Thanks Ola, be safe....

Di Boston Airport, kami langsung check in dan sangat beruntung karena aku dan mas Agung bisa duduk bersama dan kursi ketiga kosong.  Keajaiban kecil dari Tuhan, karena aku termasuk paling akhir mendaftar untuk ikut FSP ini.  Kami akan menempuh penerbangan 5 jam dengan maskapai penerbangan American Airways yang memiliki home base di Phoenix.  Kami akan terbang jam 1900 dan tiba jam 2400 atau 2100 waktu Phoenix.  Boston dan Phoenix memiliki perbedaan waktu 3 jam. Teman penerbangan kami bertambah dengan keluarga dari dari Rumania, Ovidiu-Claudia-Theodora Portase.  Seperti semua bandara di Amerika, pemeriksaan juga ketat, sepatu-ikat pinggang-jam tangan lepas, handphone-laptop di luar.  Tidak bisa datang terlalu mepet-mepet...
Karena check in  dengan kartu anggota militer maka kami tidak membayar bagasi untuk 2 koper besar.  Antik ya...?  Penerbangan dalam negeri di sini, bagasi tidak termasuk dalam harga tiket, harus membayar sendiri.
Keantikan lain, penerbangan selama 5 jam ini tidak ada makanan, mereka menyediakan penjualan makanan di atas dan dibayar dengan kartu debet atau kartu kredit, tidak dengan uang cash.
Untuk yang antik-antik ini Indonesia lebih menyenangkan....hehehehehehehe.

Penerbangan dari pantai Timur Amerika menuju pantai Barat Amerika, melintasi tengah benua Amerika termasuk padang gurunnya.  Dari atas, nampak negara besar ini terlihat indah, lampu-lampu berwarna emas dan perak tertata rapi.  Bahkan sampai wilayah terpencil nampak lampu menyala seperti kelompok kecil kunang-kunang.  Susunan rumah, bangunan, lapangan olahraga, wilayah hijau, terkesan rapi, tidak semrawut menghadap seluruh penjuru mata angin.  Juga kepadatan tidak menngesankan ketidak rapian. Wilayah-wilayah padat tetap terlihat rapi dengan blok-blok teratur.  Indah dipandang.  Mendekati bumi saat pesawat hendak landing, tampak jalan-jalan besar dengan jumlah mobil yang tidak seimbang dengan besar dan luas jalan.  Dalam hatiku, menyetir di jalan seperti itu sangat mudah, tanpa stress dan pasti nyaman.
Nampak juga kilasan cahaya putih yang bergerak sangat cepat melintasi wilayah-wilayah perumahan....tapi aku tidak tahu itu apa... Mengingat semua jalan diawasi dengan radar lalu lintas, jaringan internet yang rata dan cepat, apakah kilatan cahaya putih bulat itu pancaran sinar dari radar internet?  entah....

Penginapan resortku pertama kali...."Scottsdale Cottonwoods Resort".  Sudah hampir tengah malam waktu Middletown ketika kami tiba di penginapan.  Aku dan mas Agung mendapat kamar nomor 123....mudah diingat....sama seperti aba-aba kalau mau foto bersama...hehehhehehe
Bentuk kamar disini seperti vila-vila, tidak seperti hotel yang berada dalam gedung bertingkat, jadi untuk tiba di kamar, kita melewati banyak vila-vila dengan jalan berbelok-belok yang deiselang seling dengan taman tanaman padang gurun....keluarga kaktus.  Setiap kamar memiliki satu kamar tidur, satu kamar mandi, satu pantry dan satu living room.
Atap kamar terdiri dari balok-balok kayu besar terbuka, hanya dicat dengan warna putih saja.

Saatnya tiduuuuur.....




Read More
Be the first to comment!

Being Parent of Teenagers

Widya | Monday, March 10, 2014 |
Setiap masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, membawa kesenangan dan kerumitan sendiri.
Ketika mereka masih kecil, bila mereka melakukan kehebohan, orang akan bilang "maklum masih anak-anak", atau rumah berantakan tak kunjung rapi, kita akan beralasan "masih punya anak kecil" dan ketika kita tidak bisa mengikuti kegiatan dengan teman-teman, mereka juga akan mengatakan..."masih repot punya anak kecil".  Bayi dan balita tergantung demikian kuat pada keberadaan orang dewasa untuk membantu dan menjaga mereka.
Dan kitapun berkhayal alangkah enaknya nanti kalau anak-anak sudah besar.

Tiba saat anak-anak melangkahkan kaki menuju dunia luar, berkenalan dengan teman sebaya, berkenalan dengan aturan lain selain aturan keluarga.  Sekolah menjadi tempat mereka mengenal teman sebaya dan aturan formal.  Ternyata ada kerumitan lain, "apa kata teman, apa yang dilakukan teman, guruku bilang".  Dan kitapun berakrobat logika dengan mereka, terutama kalau logika orangtua benar-benar berlawanan dengan logika "orang-orang" itu.  Mereka mulai bisa bersuara, berbantah da ber"logika" sendiri.  Kita juga berjuang dengan kenakalan-kenakalan lain...malas, berbohong, lalai.  Akrobat kita juga menjadi lebih heboh terutama karena kita juga dibatasi oleh aturan-aturan pengasuhan yang kalau kita langgar akan menambah kerumitan baru. Dan kitapun berkhayal lagi...tunggu nanti kalau mereka sudah remaja pasti lebih ringan.

Tak terasa mereka sudah remaja, ah ternyata kerumitan tidak berkurang hanya berganti bentuk. Semua hasil akrobat kita sudah menjadi sikap dan tata nilai mereka, namun itu ternyata juga belum cukup.  Mengenal lawan jenis, termakan iklan supaya lebih langsing, memakai produk-produk praktis, mencoba semua bahan kimia demi penampilan, dan pertanyaan-pertanyaan dewasa lain, yang kita dulu tidak pernah tanyakan ke orangtua kita.  Perjuangan baru dimulai, dan kali ini lebih berat.  Berat karena remaja-remaja itu pasti sudah punya logika sendiri, punya langkah yang panjang dan kuat, keberanian yang semakin bertambah, dukungan teman-teman.  Pertolongan Tuhan menjadi andalan utama membawa remaja-remajaku.

Satu hal yang sangat aku syukuri, aku melakukan HOMESCHOOLING.  Pilihan ini membantuku untuk menanamkan aturan dan mendampingi, mengenal satu sama lain lebih panjang dan dekat. Diakui atau tidak, dengan HS aku tidak terbiasa menyerahkan semua masalah pada orang lain atau institusi lain.  Anak-anak lebih mengenal kebiasaan orangtua, demikian juga sebaliknya. Memberikan jawaban seakurat mungkin dengan bukti yang bisa mereka baca dan lihat menjadi andalanku. Membuang rasa malu dan jengah menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.  Aturan tidak ada rahasia di antara keluarga kami juga menjadi alat bantu yang handal.  Sampai usia mereka yang sudah belasan, aku masih secara acak memeriksa kamar, gadget dan tas-tas mereka. Kenal dan tahu teman-teman mereka juga menjadi kebiasaanku.  Menjadi teman mereka di sosial media menjadi syarat mutlak.
Kalaupun ada kesalahan-kesalahan, semua bisa diselesaikan secepat mungkin.  Tidak ada yang tidak melakukan kesalahan bukan....

Jadi kata siapa nanti kalau sudah besar tugas kita sebagai orangtua lebih ringan.....?

ps : soale bukan termasuk orangtua yang cuek dan sibuk dengan diri sendiri sih....hehehehehehe
Read More
Be the first to comment!

Sampah....

Widya | Wednesday, March 05, 2014 |
Sampah rumah tangga diaduk-aduk pemulung ?
Truk sampah menebarkan aroma dan cairan sepanjang jalan ?
Itu yang selalu aku alami di kediaman kami di Jakarta.
Sering harus mengawasi bak sampah, karena takut diaduk-aduk pemulung sebelum tukang sampah datang.  Parahnya pemulung di lingkunganku datang subuh-subuh.

Di Amerika, mobil sampah dengan tulisan besar WM berwarna hijau selalu datang hari Rabu pagi di kompleks perumahan yang aku tinggali.  Mobil itu terlihat bersih dan tidak menebarkan aroma sampah dengan sukacita.  Sungguh berbeda dengan keadaan di Jakarta, truknya belum kelihatan, tapi baunya sudah terbagi-bagi dengan royalnya.....

Pemilik rumah memberikan kami dua tempat sampah plastik berukuran besar dengan warna yang berbeda, satu untuk barang-barang Recycle seperti plastik, kaca, kertas, karton, kaleng.  Satu lagi untuk sampah dapur dan kamar mandi.  Aturan mainnya harus ditaati, atau sampah tidak akan mereka ambil dan kita dipersilahkan menikmati tumpukan sampah di rumah sendiri yang kemungkinan akan berakhir di pengadilan jika tetangga kita terganggu dengan aroma dan pemandangan yang tidak indah itu.
Aturan lain, ketika meletakkan tempat sampah di depan rumah setiap Rabu pagi, harus ada jarak yang cukup lebar antara kedua tempat sampah, dan tutup tempat sampah mengarah keluar.
Jarak dimaksudkan ketika mobil sampah akan mengambil isinya dengan mesin, tidak menyenggol tempat sampah lainnya.

Untuk sampah rumah tangga, harus dimasukkan dalam plastik yang bisa dibeli di toko-toko, kemudian diikat setelah penuh dan dimasukkan lagi dalam plastik kuning dengan logo WM yang didapatkan dari outlet mereka atau pesan online atau di toko-toko juga ada.  Kemudian plastik kuning dimasukkan dalam tempat sampah besar yang ditempeli sticker T (Trash).
Barang-barang yang bisa di daur ulang, dimasukkan dalam tempat sampah besar bersticker R (Recycle).
Kedua sticker itu dicetak dengan tanggal dan tahun, berlaku selama setahun.  Maka setiap tahun dicetak berbeda warna.  Kita membayar untuk masa berlaku setahun dan menempelkannya di tempat sampah yang berbeda warna sesuai petunjuk perusahaan.
Mungkin kalau di rumahku, tempat sampah plastik besar itu akan diangkut sekalian sama pemulungnya...... :-(

Bagaimana kalau kita membangun rumah dan mau membuang sampahnya?  Perusahaan ini menyediakan bak besar sekali yang bisa disewa selama pembangunan, dan mereka juga akan mengambilnya sesuai jadwal.  Tidak ada puing atau barang berserakan di halaman rumah selama membangun, yang debunya mengganggu tetangga dan lingkungan.
Disini orang takut mengganggu kenyamanan tetangga, karena itu artinya siap-siap kehilangan uang yang sangat besar bila tetangga menuntut ke pengadilan.

Bayar ya ?
Ya tentu saja bayar.  Di tanah air kita juga membayar sampah kan, bedanya kalau di tanah air kita bayar dan tetap dapat baunya plus bak sampah berantakan.  Disini kita bayar tetapi lingkungan bersih dan tidak ada bau yang tercecer.

Kalau lihat di websitenya perusahaan sampah ini adalah perusahaan swasta, dan mereka juga menjual hasil olah daur ulangnya yang sudah diubah menjadi energi gas.  Penasaran...?  Ayo baca di web mereka .....

Mau lihat skema bagaimana mereka mengubah sampah menjadi energi, silahkan cek di sini

Kalau kita di Indonesia bisa mengolah sampah menjadi sumber energi seperti itu, maka banyak rumah akan menikmati listrik dan pasti lebih maju.  Pemerintah harusnya mampu membuat seperti ini, tapi kalau tidak bisa, serahkan pada swasta dengan spesifikasi tinggi dan berdaya guna bagi rakyat banyak.
Sumber energi kita yang kebanyakan berasal dari SDA tak terbaharui itu, tidak bisa kita andalakan terus menerus.  Sampah adalah salah satu solusi sumber energi, karena setiap orang menghasilkan sampah setiap hari, tidak akan pernah habis.
Read More
Be the first to comment!

Translate

Button

Warna Warni Perjalanan